OPINI

IPM Kabupaten Tasikmalaya Anjlok, Bom Waktu yang Harus Segera Dihentikan!

×

IPM Kabupaten Tasikmalaya Anjlok, Bom Waktu yang Harus Segera Dihentikan!

Sebarkan artikel ini
IPM Kabupaten Tasikmalaya dari https://tasikmalayakab.bps.go.id/statictable/2019/10/02/89/ipm-kabupaten-tasikmalaya.html.

Oleh Muhammad Ghifar Hawary

Ketua Bidang Advokasi PW Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Barat

MANUSIA adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan mestinya bukan hanya menempatkan manusia sebagai alat, melainkan sebagai tujuan akhir. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (United Nation Development Programme–UNDP).

Indeks Pembangunan manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.

Cakupan dari IPM itu sendiri di antaranya Angka Harapan Hidup (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Perkapita. Di mana menurut Badan Pusat Statisitik (BPS), IPM memiliki beberapa manfaat.

Pertama, IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk);

Kedua, IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara;

Ketiga, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Menurut data BPS Kabupaten Tasikmalaya yang dirilis pada tanggal 02 Oktober 2019, IPM di Kabupaten Tasikmalaya berada di urutan terendah kedua, setelah Kabupaten Cianjur, se-Provinsi Jawa Barat. IPM di Kabupaten Tasikmalaya hanya mencapai nilai 65,00. Dengan rincian: Angka Harapan Hidup 68,96 tahun, Harapan Lama Sekolah mencapai 12,48 tahun atau setara dengan pendidikan D1, Rata-rata Lama Sekolah 7,13 atau setara dengan SMP kelas 7, dan Pengeluaran Perkapita setiap tahun sebesar 7,76 Juta Rupiah.

Tingkat Pendidikan

Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tergantung dari sejauh mana tingkat pendidikannya. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi, maka sangat mungkin dapat mengolah sumber daya alam dengan baik. Sehingga taraf hidup pun meningkat.

Sejak dulu tingkat pendidikan di negara berkembang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju, alasannya yaitu tingkat kesadaran masyarakat yang rendah, sarana pendidikan yang tidak seimbang dengan jumlah anak usia sekolah, dan pendapatan penduduk per kapita yang rendah.

Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan yaitu rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Lebih parahnya lagi rendahnya pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru.

Tingkat Kesehatan

Kita bisa menilai tinggi rendahnya tingkat kesehatan suatu negara dari besar kecilnya angka kematian. Semakin rendah tingkat kesehatan, maka tingkat kematiannya pun akan semakin tinggi. Penyebab rendahnya kualitas kesehatan adalah kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, kurangnya air bersih untuk kesehatan sehari-hari, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi, penyakit menular dan lingkungan yang tidak sehat.

Dampak rendahnya tingkat kesehatan adalah Terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia, dan Tidak maksimalnya hasil kerja.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan suatu daerah seringkali diukur berdasarkan pendapatan per kapitanya, atau jumlah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah dalam jangka waktu satu tahun. Beberapa penyebab daerah dengan pendapatan per kapita yang rendah adalah Pendidikan masyarakat rendah dan tidak banyak tenaga ahli, dan jumlah penduduk banyak dan besarnya angka ketergantungan.

Dampak dari rendahnya tingkat pendapatan terhadap pembangunan adalah Rendahnya daya beli masyarakat berakibat terhadap pembangunan di bidang ekonomi yang kurang baik, dan Pembangunan hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat golongan menengah ke atas.

Dari data dan deskripsi di atas, tentunya ini menjadi PR besar bagi para Stakeholder dan tentunya juga membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat. Kabupaten Tasikmalaya yang kita bangga-banggakan yang mempunyai banyak lembaga pendidikan, banyak pesantrennya, dan juga banyak pengusahanya ternyata mempunyai IPM yang sangat sekali kurang pantas. Ini bukan saya hanya beropini, namun data dan fakta menyebutkan yang sebenarnya yang harus diketahui oleh masyarakat.

Maka dari itu, saya berharap agar Pemimpin yang akan menahkodai Kabupaten yang mempunyai julukan “Kota Santri” ini untuk memperhatikan IPM, salah satunya dengan cara merancang RPJPD, RPJMD, RENSTRA KL, dan RENJA OPD dengan baik dengan cara memperhatikan segala aspek kehidupan masyarakat. Jika tidak, maka jangan harap kita bisa berbicara banyak pada masa depan, apalagi dalam rangka menyonsong bonus demografi yang kian mendekat.

—- Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment —-
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv

Portal Web: https://kapol.tv
Twiter : https://twitter.com/kapoltv
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Instagram : https://www.instagram.com/kapol_id
Portal Inside : https://kapol.id/