KAPOL.ID – Empat ulama asal Jawa Barat berbicara di Gedung Parlemen Inggris, London, Kamis (16/11/2023) waktu setempat.
Muhammad Luthfi dari Pesantren Salaful Huda Sukabumi, Muhamad Fachrurrazi dari Pesantren Modern Darul Uluum Lido, Bogor.
Kemudian Neneng Yanti Khozanatu Lahpan dari Pesantren Mahasiswa Universal Bandung, serta Oki Setiana Dewi dari Pesantren Maskanul Huffadz.
Keempat ulama ini mengikuti dialog dan berpidato di hadapan perwakilan pemuka berbagai agama di salah satu ruangan di gedung paling bersejarah di Inggris tersebut.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi All Faith Network dan Minhaj Welfare Foundation ini bertajuk ‘Interfaith Works: Living Examples’.
Para ulama yang tengah mengikuti rangkaian program English for Ulama ini menjadi tamu kehormatan bersama delegasi Pemdaprov Jabar di kegiatan Interfaith Week tersebut.
Kegiatan dialog ini dibuka oleh Chair All Party Parliamentary Group on Faith and Society Sir Stephen Timms.
Dihadiri juga oleh Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya Desra Percaya, Director Operations Minhaj Welfare Foundation Adnan Sohail, dan sejumlah tokoh agama.
Dalam kesempatan tersebut, peserta program English for Ulama Neneng Yanti Khozanatu Lahpan turut memberikan pidato mengenai keberagaman suku dan agama di Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Juga mengenai kerukunan hidup beragama di negeri dan provinsi dengan penduduk muslim terbesar di dunia tersebut.
Neneng menjelaskan, dalam program English for Ulama, ia dan ulama lainnya memiliki misi untuk berbagi pengalaman tentang kehidupan beragama di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
“Kami ingin berpartisipasi dalam menyebarkan pesan Islam yang damai di Indonesia kepada masyarakat luas. Kami belajar bagaimana dialog lintas agama di Inggris dapat menjadi model yang diimplementasikan di Jawa Barat,” katanya di hadapan tokoh lintas agama.
Ia menitikberatkan tentang peran pemuda dan wanita dalam dialog lintas agama, serta tantangan dan peluangnya di Jawa Barat, Indonesia.
Dialog lintas agama sangat penting untuk menjaga perdamaian dan harmoni di negara ini, terutama di Jawa Barat, provinsi terpadat di Indonesia dan rumah bagi berbagai komunitas agama.
“Dialog lintas agama di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda karena kami, sebagai muslim, merupakan mayoritas. Kami telah hidup berdampingan dengan harmoni dalam waktu yang lama, menyatu sebagai satu masyarakat di antara berbagai kelompok agama,” katanya.
Neneng mengatakan pengaruh ideologi global dan transnasional telah mempengaruhi kehidupan keagamaan di Indonesia.
Dalam situasi ini, dialog lintas agama sangat penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat.
“Pengalaman saya bekerja pada dialog lintas agama di Jawa Barat sangat menarik. Pemuda telah berperan penting dalam mempromosikan toleransi dan harmoni dalam beberapa tahun terakhir. Contoh nyata adalah gerakan Bandung Lautan Damai (BALAD) yang diinisiasi oleh kelompok pemuda bernama Jakatarub, sebuah jaringan kerja lintas agama,” katanya.
“Gerakan yang dipimpin pemuda ini mengorganisasi berbagai acara dialog lintas agama, termasuk turnamen olahraga, festival budaya, perkemahan pemuda, dan kelompok studi lintas agama. Mereka telah konsisten bekerja pada isu ini selama sekitar 20 tahun,” tambah Neneng.
Neneng mengatakan tengah aktif bersama para penceramah muda perempuan Islam di Jawa Barat mengenai dialog lintas agama.
Mengapa penceramah perempuan, katanya, karena mereka adalah pemimpin dalam komunitasnya masing-masing yang dapat mempengaruhi sekitarnya.
Kata Neneng, tantangan bagi pemuda dan penceramah perempuan dalam mengambil isu dialog lintas agama tidaklah mudah.
Beberapa tantangan, katanya, muncul dari dalam dan luar komunitas keagamaan. Beberapa orang berpikir bahwa perempuan hanya berbicara tentang isu perempuan dan masalah rumah tangga.
Selain itu, menurut Neneng, ada tantangan peningkatan ekstremisme agama yang menentang dialog lintas agama. Pihaknya bekerja pada dialog lintas agama.
Namun kelompok lain berusaha menghentikannya. Namun, tantangan ini terus dihadapi melalui kegiatan yang diinisiasi oleh seluruh elemen masyarakat.
Sebelumnya, para ulama Jabar dan delegasi Pemprov Jabar ini pun menjumpai Anggota Parlemen Britania Raya, Fiona Bruce.
Mereka berdiskusi mengenai keberagaman dan kerukunan hidup beragama di Inggris dan Indonesia.
Setelah pertemuan di Gedung Parlemen, para ulama dan delegasi mengunjungi kantor pusat Minhaj Welfare Foundation.
Berdialog santai dengan komunitas setempat, mengunjungi berbagai fasilitas di kantor tersebut seperti masjid, pemandian jenazah, rumah duka, dapur umum, toko buku islami, sampai ruang siaran dan podcast. ***