Oleh Gita Wibawa Ning Putri
Mahasiswa Program Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Galuh
Pada Oktober 2019, secara sah Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Untuk bisa menjadi tuan rumah, Indonesia harus melalui tahapan seleksi yang ketat. Hingga pada akhirnya berhasil mengalahkan Brasil dan Peru. Piala Dunia U-20 semestinya digelar pada tahun 2021. Karena pandemi covid-19 melanda, pada 24 Desember 2020 FIFA memutuskan Piala Dunia U-20 diundur dan akan diselenggarakan pada edisi berikutnya yakni tahun 2023.
Piala Dunia U-20 dijadwalkan ulang, menjadi 20 Mei hingga 11 Juni 2023 mendatang. Meski begitu, Indonesia masih tetap ditunjuk sebagai tuan rumahnya. Jumlah peserta yang akan bertanding pada turnamen sepak bola internasional tersebut yakni sebanyak 24 tim.
Dikarenakan Indonesia terpilih menjadi tuan rumahnya, terdapat enam kota dan enam stadion yang dipilih sebagai lokasi diselenggarakannya Piala Dunia U-20. Yakni, Jakarta (Stadion Utama Gelora Bung Karno), Bandung (Stadion Si Jalak Harupat), Surabaya (Stadion Gelora Bung Tomo). Kemudian Gianyar, Bali (Stadion Kapten I Wayan Dipta), Solo (Stadion Manahan) dan Palembang (Stadion Jakabaring).
Rabu, 29 Maret 2023 menjadi kabar pahit khususnya bagi para pecinta sepak bola Tanah Air. Secara resmi FIFA mencoret Indonesia menjadi tuan rumah pada Piala Dunia U-20 2023. Keputusan tersebut diambil setelah Presiden FIFA Gianni Infantino dan Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI mengadakan pertemuan di Doha, Qatar, Rabu (29/3). Keputusan FIFA itu tak bisa diganggu gugat meski dengan berbagai upaya telah dilakukan.Lalu, apa yang menjadi pemicu kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah pada Piala Dunia U-20?
Pemicu kegagalan
FIFA tidak menyebutkan alasan yang jelas mengenai pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Namun, sejumlah pihak meyakini bahwa tak lain karena berkaitan dengan Timnas Israel. Sebenarnya isu pembatalan ini sudah lebih dulu terjadi sejak FIFA membatalkan pengundian (drawing) Piala Dunia U-20 2023 yang semula dijadwalkan berlangsung di Bali pada 31 Maret.
Selanjutnya, isu tersebut berhembus usai penolakan dari beberapa Pejabat Pemerintah. Berawal dari penolakan I Wayan Koster selaku Gubernur Bali yang mengirim surat resmi penolakan Israel. Hingga akhirnya, isu tersebut semakin mencuat dan menjadi polemik memanas usai pernyataan dari Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah yang juga ikut menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia.
Pernyataan tersebut sontak membuat warganet ramai memberikan komentar negatif hingga menohok. Seperti yang terlihat dalam kolom komentar akun media sosialnya. Hal tersebut, sebagai wujud luapan kekecewaan dan kesedihannya. Bukan hanya dari warganet saja, tetapi dari berbagai elemen dan sejumlah pemain Timnas Indonesia pun turut berkomentar hingga kian disoroti.
Sejumlah penolakan kedatangan Timnas Israel U-20 pun tidak hanya datang dari para pejabat Pemerintah Daerah saja, seperti hal nya Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Namun, juga dari organisasi kemasyarakatan, partai politik dan sejumlah elemen lainnya. Selain itu, ada juga yang secara terang-terangan menolak seperti yang terlihat dalam tayangan siaran televisi dan sosial media yang bahkan sampai terjadi demo.
Hingga sekarang, isu ini menjadi perbincangan hangat media dan tuai pro kontra dari berbagai elemen. Tak lain, penyebab hal ini berhubungan atas konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang mendukung akan kemerdekaan bangsa Palestina.
Selain itu, juga menilik kebelakang akan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan banyaknya korban jiwa. Peristiwa yang terjadi pada Oktober 2022 lalu itu, menjadi peristiwa berdarah. Namun, sampai sekarang pemicu kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 masih belum diketahui secara rinci.
Imbas
Turnamen sepak bola Internasional yang sudah dinanti bertahun-tahun belakangan ini pupus sudah. Dengan adanya pembatalan tersebut, mimpi untuk bisa melihat tim nasional bermain di Tanah Air harus terkubur. Mimpi yang hanyalah menjadi mimpi. Para pemain punggawa Timnas Indonesia yang sudah berlatih bertahun-tahun dengan mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga demi meraih mimpi mereka ini harus ditelan pahit-pahit terkait peristiwa ini. Luapan kekecewaan dan kesedihan turut mereka bagikan.
Selain itu, imbasnya bukan terjadi pada itu saja. Tetapi juga berbagai persiapan yang sudah lama dalam berbagai sisi. Indonesia juga rugi, sebab banyaknya Anggaran yang sudah dikeluarkan. Memang, atas keputusan tersebut banyak pihak yang merasa kecewa dan sedih. Namun, bagaimana mungkin? jika Indonesia masih tetap menjadi tuan rumah pada Piala Dunia U-20 2023. Tak dapat dipungkiri jika kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan dan dampak-dampak negatif lainnya yang tidak diinginkan akan terjadi sebab kedatangan Israel ke Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), selaku Presiden Republik Indonesia menegaskan, bahwa tidak perlu dicampuradukkan antara urusan olahraga dan urusan politik. Lalu, apakah sepak bola masuk dalam ranah politik? Beberapa politikus di Indonesia akan kedatangan Timnas Israel ke Indonesia mencerminkan situasi politik yang tegang. Indonesia sangat menentang penjajahan Israel terhadap Palestina serta Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Sebab, Indonesia mendukung secara kuat kemerdekaan bangsa Palestina.
Politis
Lalu, bagaimana sepak bola dalam kacamata politik? Beberapa elemen banyak berargumen akan hubungan sepak bola dan politik. Hal ini pun tuai pro dan kontra. Sebagian elemen berpendapat bahwa ruang antara olahraga dan politik tak perlu dicampuradukkan. Namun, ada pula yang menyebut bahwa sepak bola dan politik tidak bisa dipisahkan. Lihat saja, FIFA sebenarnya sudah mencampuradukkan urusan olahraga dan politik.
Seperti hal nya FIFA melarang Rusia untuk tampil di ajang Internasional termasuk mengikuti Piala Dunia 2022 di Qatar. Dikarenakan Rusia melakukan Invasi ke Ukraina. Namun, berbeda dengan Israel yang tak mendapatkan sanksi dan masih diperbolehkan ikut dalam Piala Dunia FIFA. Padahal sudah jelas Israel terus-menerus melakukan Invasi kepada Palestina.
Erick Thohir yang baru saja menjabat sebagai Ketua Umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) harus berbesar hati untuk menyelesaikan permasalahan ini. Beliau sudah mengupayakan semaksimal mungkin. Terbang ke Doha, Qatar untuk bertemu dengan Presiden FIFA Giani Infantino atas perintah dari Presiden Jokowi untuk bernegosiasi dan mencari solusi kelanjutan situasi yang terjadi saat ini. Namun, keputusan tersebut tak bisa diganggu gugat walaupun dengan berbagai upaya telah dilakukan.
Erick Thohir, selaku Ketua Umum PSSI ini pun menuai banjir pujian serta dukungan dan apresiasi dari berbagai elemen. Hal ini sebagai wujud ungkapan akan kerja kerasnya.
Akan kejadian ini, Indonesia dikhawatirkan akan dikucilkan sepak bola dunia dan Indonesia terancam mendapatkan sanksi dari FIFA. Sampai sekarang, solusi terkait situasi yang terjadi pada saat ini masih terus dilakukan.***