KAPOL.ID – Sejumlah pihak menyoroti tajam soal dugaan penyimpangan yang menimpa Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu, Panji Gumilang.
Diketahui, informasi terbaru Panji mendapatkan tanggapan dari di demo ribuan warga di Indramayu.
Karena, ajaran yang dibawakannya diduga sesat dan melenceng dari sunnah Islam.
Diantaranya, terkait pelaksanaan salat Idul Fitri yang menyatukan laki-laki dan perempuan. Kemudian, memperbolehkan santrinya berzina, hingga meragukan Al Quran.
Terbaru Panji Gumilang mengaku bahwa dirinya adalah seorang komunis.
Atas pernyataan kontroversi itu Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi ikut menanggapinya.
Ia tidak memberikan pernyataan panjang lebar. Ia mengaku hanya menunggu arahan dan intruksi dari Kepala Kementrian Agama.
“Kalau masalah Ponpes Al Zaytun Indramayu, nuggu arahan dari Pak Menteri ya,” kata Wamen saat membuka acara Rakernas Pergunu di Majalengka mewakili Presiden Joko Widodo, Sabtu 17 Juni 2023 di Alun alun Leuwimunding.
Namun, berkaitan dengan acara Rakernas Pergunu orang nomor dua di Kemenag itu memberikan sambutan panjang lebar.
Zainut menyatakan bahwa kelahiran Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) memiliki misi dan tanggung jawab yang luar biasa.
Organisasi ini bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam memberikan pelayanan yang berkontribusi pada bangsa dan intelektualitas.
Menurut dia, PERGUNU memiliki peran penting dalam mencerahkan kehidupan bangsa, memelihara persatuan, dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
“Kita semua harus menghargai dan memuliakan para guru sebagai individu unggul yang ditugaskan untuk berjuang membangun dan mengembangkan potensi siswa agar menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, berilmu, berbakat, kreatif, kompetitif, berbudaya, dan mencintai tanah air,” ujar Wamenag.
Dikatakan dia, tujuan utamanya adalah menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, yang dapat meningkatkan martabat dan daya saing bangsa serta membangun peradaban dunia,” tambahnya.
Menurut Wamenag, Kementerian Agama berharap Rakernas PERGUNU dapat menjawab dan mengatasi semua permasalahan dan tantangan dalam dunia pendidikan. Acara ini juga diharapkan mampu merumuskan hubungan yang tepat antara tuntutan Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0 dengan kepentingan nasional, agama, dan bangsa.
“Kami sangat berharap melalai Rakennas ini Ke-PERGUNU menjadi ajang untuk saling bertukar pikiran, berdiskusi, dan berbagi pengalaman bagi para guru NU di seluruh Indonesia demi kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat dan bangsa. Sesuai dengan tema kongres, ‘Guru Mulia Membangun Peradaban Dunia’,” tegas Wamenag.
Hal senada diungkapkan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa yang hadir pada acara tersebut. Dia menuturkan, bahwa para guru memiliki tugas mulia untuk mentransformasikan, menyebarkan, mengembangkan, dan memperluas pengetahuan, kepada anak didiknya.
Ia pun menguraikan, salah satu persoalan yang dihadapi guru adalah kebutuhan jumlah guru antar daerah, antar lembaga, dan antar mata pelajaran yang tidak merata. Disparitas kuantitas dan kualitas menjadi salah satu yang sedang diupayakan dalam rangka penguatan kompetensi.
“Selain itu, di dalam diri seorang guru juga bukan hanya membutuhkan kemuliaan pikiran, sikap, dan perilaku, tapi juga dituntut bisa beradaptasi dengan berbagai percepatan kemajuan zaman,” pesan Khofifah dalam sambutannya.
Gubernur Khofifah pun memuji kiprah Pergunu dibawah kepemimpinan Prof KH DR Asep Saifuddin Chalim. Referensinya cukup dalam, implementasi dan aksinya juga cukup luwes dalam membangun manusia Indonesia.
“Kiai Asep mengajarkan dan mengamalkan prinsip tangan di atas, oleh karena itu setiap ilmu yang kita terima harus kita ajarkan dan amalkan kembali,” tandas Khofifah.
Sementara itu, Ketua Umum PERGUNU Prof KH Asep Saefuddin Chalim ataj yang akrab disapa Kiai Asep menyampaikan, saat ini sudah 34 pengurus wilayah Pergunu yang tersebar di seluruh provinisi se Indonesia.
Tak hanya itu, 514 cabang Pergunu sudah berdiri di berbagai kota dan kabupaten, bahkan di beberapa tempat cabang Pergunu berdiri lebih dulu daripada cabang NU.
“Cepatnya penuntasan pendirian kepengurusan struktural Pergunu di seluruh Indonesia itu karena tak terkendala dana operasional,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah ini.
“Semuanya saya biayai sendiri, uang pribadi. Para Pengurus Pusat Pergunu kalau turun ke daerah untuk melantik juga saya tanggung tiket dan uang sakunya. Harapan saya di usia yang semakin senja, kiprah guru yang ada di Pergunu mampu mengantarkan anak didiknya mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur,” ujarnya.***