BISNIS

Tarum “Areuy” Dilirik Industri Tekstil Sebagai Pewarna Jins

×

Tarum “Areuy” Dilirik Industri Tekstil Sebagai Pewarna Jins

Sebarkan artikel ini

KAPOL.ID –
Banyak orang tidak tahu pohon Tarum ternyata bisa menghasilkan perwarna kain ramah lingkungan (go green) dan punya nilai ekonomi yang tinggi.

Tarum jika diolah, bisa menghasilkan warna biru yang khas untuk pewarna kain, seperti biasa dipakai oleh industri tekstil dikenal dengan blue jeans.

Pemerhati Tarum dari Varman Institute (VI), lembaga pusat kajian Sunda dan House of Varman (HoV), Gelar Taufik Kusumawardhana menjelaskan, pada masa kolonialisme dunia Barat, khusus untuk penuhi kebutuhan Eropa Barat dalam hal pewarna tekstil biru.

Tumbuhan nila atau indigo, dalam bahasa Sunda disebut Tarum, kemudian diintrodusir ke tempat-tempat lainya seperti oleh kolonial Hindia-Belanda hingga sampai juga ke Indonesia.

“Tumbuhan khas India tersebut dalam bahasa ilmiah disebut Indigofera tinctoria (tarum biji).”

“Selain tarum biji, didatangkan juga tarum daun alas, tarum hutan dan tarum kembang yang berasal dari kawasan Afrika dan Amerika tropis,” jelas Gelar, Jumat (10/7/2020).

Saat presentasi di hadapan PT Garuda Mas Semesta Kota Cimahi, Kamis (9/7/2020), ia menambahkan pengebunan yang intensif dan ekstensifikasi lahan yang meluas.

Hindia-Belanda tumbuh menjadi salah satu pemasok terbesar untuk kebutuhan Eropa Barat dan pasar dunia pada masa tersebut.

Ditengah usaha perluasan pengebunan kata Gelar, dilakukan juga usaha penelitian terhadap tarum akar atau Tarum Areuy sebutan orang Sunda dianggap lebih domestik dan potensial.

Hanya saja, dengan ditemukannya alternatif pewarna indigo sintetik pada akhir abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M, kerajaan industri pengolahan indigo alam kemudian perlahan mengalami keruntuhannya.

Sebab tidak lagi mampu bersaing dalam harga. Dengan runtuhnya nilai ekonomis, maka runtuh pula nilai konservasinya.

“Upaya revitalisasi zat pewarna alam indigo di Indonesia telah dilakukan kembali di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta sejak tahun 1990-an.”

“Rantai bisnis dan kreatifitas mulai tumbuh kembali seiring waktu dalam jejaring tradisional dan komunitas penikmat zat pewarna alam,” jelasnya.

Jawa Barat tandas Gelar, tertinggal sangat jauh. Upaya perintisan baru dimulai sejak akhir tahun 2011 dengan fokus kerja pada tarum akar sebagai simbol konservasi lingkungan dan pemulihan sungai Citarum.

Diapun berharap dengan adanya public lecture yang dilakukan HoV/VI kerjasama dengan PT. Garuda Mas Semesta, perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil dapat menggerakan upaya konservasi dan ekonomi dapat tumbuh secara beriringan.

Dan inovasi prodak tekstil yang ramah lingkungan (go green), bisa terwujud menjaga lingkungan alam dan mendongkrak ekonomi di Jawa Barat.

Kepala Bagian finishing dari PT Garuda Mas Semesta, Jaelani mengharapkan kerjasama yang baik ini ke depan bisa diwujudkan lebih serius.

Ia mengatakan blue jeans untuk pertama kalinya memang dibuat berdasarkan material dasar dari indigo alam.

“Di negara-negara maju, sudah beralih kepada zat pewarna kimia sintetik, projek-projek kekaryaan dengan menggunakan zat pewarna alam masih tetap dikerjakan meskipun dalam jumlah yang terbatas dan cenderung eksklusif,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Bagian Finishing Komang Suidnya menambahkan, Departemen Laboratorium PT. Garuda Semesta akan mencoba untuk menganalisa spesimen zat pewarna alam yang diberikan House of Varman (H.o.V.).

Untuk ditentukan perhitungan soliditas (massa sedimen) dan puriditas (kemurnian pigmen) kandungannya yang sangat penting dalam analisa produksi.

“Suatu langkah dan prosedur-prosedur teknis yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, mudah-mudah bisa terus dikembangkan dan menjadi mitra dalam pengembangan pewarna kain dari Tarum Areuy,” harapnya.***