KAPOL.ID–Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (Disperpakan) Kabupaten Tasikmalaya menggiatkan upaya menutupi defisit kedelai. Persoalan ini selalu berimbas antara lain pada fluktuasi harga tahu dan tempe.
Salah satu upaya Disperpakan adalah dengan memperluas area tanaman kedelai. Seluas 129 hektar sedang dalam proses tanam kedelai, yang lokasinya di Kecamatan Pancatengah dan Kecamatan Salopa.
“Proses tanam bertahap. Sekarang baru setengahnya. Pertengahan Februari bisa tertanam semuanya,” ujar Asep Jamaludin selaku Kasi Palawija Disperpakan.
Untuk wilayah Kabupaten Tasikmalaya, kata Asep, pontensi tanaman kedelai memang ada di dua kecamatan: Pancatengah dan Salopa. Selain tanahnya cocok, kondisi alamnya juga tepat.
Dikatakan tepat, karena sejauh ini petani masih memosisikan tanaman palawija seperti kedelai sebagai tanaman sela, bukan tanaman pokok seperti padi. Sehingga siklusnya sudah tentu. Petani menanam kedelai dua kali dalam setahun.
Masa tanam kedelai yang pertama jatuh pada rentang waktu Januari hingga Maret. Sementara masa tanam kedua akan berakhir bulan Desember. Siklusnya nyaris baku seperti itu.
“Petani menanamnya di sawah dan ladang. Di Pancatengah itu kan karena faktor ketersediaan air jadi tidak bisa menanam padi tiga kali dalam setahun. Nah, yang satu kalinya menanam kedelai,” tambah Asep.
Di samping itu, karena masa tanam kedelai memiliki siklusnya sendiri, berimbas juga pada siklus tinggi-rendahnya harga tempe dan tahu. Persis sesuai dengan ketersediaan kedelai dari para petani.
Namun, Kasi Pascapanen Palawija Disperpakan, Dadang Suhendar menambahkan bahwa pihaknya akan mencari solusi untuk menjaga ketersediaan kedelai sepanjang tahun. Salah satunya dengan mengusahakan tempat penyimpanan kedelai yang steril.
“Jadi bagaimana sebuah kelompok tani mempunyai bengunan tempat menyimpan kedelai setelah panen. Meskipun panen dilakukan secara serentak, nanti kedelai bisa tetap ada meski di luar masa panen,” tandas Dadang.