KAPOL.ID –
Rumah Sakit Jasa Kartini (RSJK) Tasikmalaya mencatat, selama tiga tahun terakhir penanganan pasien DBD berada di nomor pertama.
Disusul penanganan pasien dengan penyakit tipus, masalah pencernaan, diabetes melitus, hipertensi dan stroke.
Demikian dikatakan Direktur RSJK Tasikmalaya, dr. Rudy Suradi Sp.N saat konferensi pers HUT ke 26 RSJK, Kamis (9/3/2023).
“Meskipun DBD tertinggi, tingkat mortalitas (kematian) pasien tertinggi itu stroke. Karena saat datang ke rumah sakit, kondisinya sudah lemah,” katanya.
Ia berharap, selain rumah sakit dapat didukung pula dengan stakeholder kesehatan lainnya sebagai tindakan pencegahan.
“Semisal stroke, minimal pasien tidak terlambat mendapatkan penanganan rumah sakit. Setidaknya mengenal ciri-cirinya,” jelasnya.
Wadir Pelayanan RSJK, dr. Fai’dh Husnan mengatakan, selain perawatan juga dibutuhkan rehabilitasi medik pasca pulang dari rumah sakit.
Terutama untuk meningkatkan mental dan fisik pasien pascastroke dan diabetes melitus.
“Sebab ada beberapa kendala fisik setelah terkena stroke. Kita juga tengah merintis komunitas diabetes melitus dan pascastroke,” katanya.
Ia mengatakan, fasilitas rehabilitasi medik tidak hanya untuk pasien stroke saja. Alat Microwave Diathermy dapat melakukan terapi sejumlah keluhan kesehatan.
“Simpelnya seperti fasilitas fisioterapi. Alat ini juga bisa menangani sinus tanpa operasi, mempercepat penutupan luka pascaoperasi.
“Kemudian fisioterapi pasien pascapatah tulang dan berbagai keluhan lainnya,” katanya.
Direktur PT. Karsa Abdi Husada, H. Cecep Hendra mengatakan, tumbuhnya rumah sakit baru di Kota Tasikmalaya adalah sebuah keniscayaan.
Tentunya akan berdampak pada meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
“Kita menyikapinya dengan sebaik-baiknya dan menjadi motivasi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” ucapnya.***