KAPOL.ID – Membenahi budaya safety di lingkungan kita, mulai dari satuan terkecil hingga pada akhirnya proses pembenahan ini akan berujung pada manajemen atau organisasi TNI AU.
Tahap pertama yang harus dibenahi dimulai dari tiap individu, kemudian tim, dan akhirnya pada seluruh organisasi atau manajemen TNI AU.
Peningkatan budaya safety dapat berlangsung secara terus menerus, apabila nilai-nilai safety telah tertanam di dalam diri individu dan diterapkan secara konsisten di dalam organisasi dan menjadi tujuan serta prioritas utama sehingga pada akhirnya menjadi budaya organisasi.
Penekanan tersebut disampaikan Kapuslaiklambangjaau Marsekal Muda TNI Hari Budianto dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Paban I/Binlambangja Kolonel Pnb A.F. Picaulima, S.Sos., pada acara sosialisasi, survei, dan ceramah Lambangja yang dihadiri Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Mohammad Nurdin bersama para pejabat di jajaran lanud, perwakilan personel Lanud Sulaiman termasuk para Kasi lambangja skadik-skadik, dan perwakilan dari satuan samping seperti Makorpaskhas, Pusdiklat Paskhas, Depohar 40 dan 70, bertempat di Gedung Cendrawasih Lanud Sulaiman, Kec. Margahayu, Kab. Bandung, Kamis (18/3/2021).
Danlanud Sulaiman Kolonel Pnb Mohammad Nurdin menyampaikan budaya keselamatan terbang dan kerja tidak hanya untuk satuan tertentu melainkan seluruh komponen Angkatan Udara.
“Sehingga semua koreksi yang disampaikan khususnya tentang prosedur tetap keselamatan terbang dan kerja akan segera ditindak lanjuti diseluruh satker di bawah jajaran Lanud Sulaiman,” ujar Danlanud.
Paban I Kapuslaiklambangja dalam paparannya menyampaikan tentang Doktrin Fungsi Khusus Kelaikan, Keselamatan Terbang, dan Kerja Puslaiklambangjaau dan Struktur organisasi Puslaiklambangjaau, serta hasil survei Puslaiklambangja dari Skadik 201, 202,203, 204, Disops, dan Dislog Lanud Sulaiman.
Dilanjutkan dengan penjelasan tentang 12 elemen safety management system, diantaranya komitmen pimpinan, budaya safety generatif, organisasi safety, kebijakan lambang, komunikasi, diklat, manajemen resiko, sistem pelaporan, tanggap darurat, investigasi, survey dan audit, serta review.
Disampaikan pula sampai sejauhmana tataran Safety Culture TNI AU sampai saat ini dalam Improving Safety System, mulai dari level 1 Phatological, Level 2 Reactive, Level 3 Calculative, Level 4 Proactive, dan level 5 Generative. Dijelaskan pula hal lainnya yang berhubungan dengan Laiklambangja, dengan penekanan ambil pelajaran dari semua incident, serious incident, dan accident yang terjadi.
Kegiatan sosialisasi, survei dan ceramah lambangja merupakan salah satu sarana komunikasi antara Puslaiklambangjaau dengan satuan jajaran di TNI AU untuk mendapatkan saran, masukan, dan evaluasi terkait kendala atau hambatan yang ditemui di lapangan sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pola pembinaan lambangja yang lebih komprehensif terpadu dan berkesinambungan di masa sialisasi, survei dan ceramah lambangja untuk membangun budaya safety dan menanamkan safety awareness kepada seluruh stakeholder dan insan prajurit tni au untuk mencapai generative safety culture dalam rangka mewujudkan keselamatan terbang dan kerja.
Keselamatan bukanlah sebuah slogan, itu merupakan panduan hidup, maka jangan belajar keselamatan kerja dari kecelakaan, dimana mencegah adalah lebih baik daripada mengobati karena esok adalah hadiah dari bekerja dengan aman hari ini.***