BISNIS

Dua Profesor Ini Akui Aman Konsumsi AMDK Berbahan Polikarbonat

×

Dua Profesor Ini Akui Aman Konsumsi AMDK Berbahan Polikarbonat

Sebarkan artikel ini
Perlu tegas
ilustrasi galon

KAPOL.ID –
Kampanye negatif Bisfenol A (BPA) pada galon terus digulirkan pihak-pihak tertentu.

Namun, dua profesor dari dua universitas ternama di Indonesia mengaku tidak terpengaruh oleh isu hoaks tersebut.

“Saya dan semua yang di ITB di sini pakai galon polikarbonat. Semua aman dan sehat walafiat. Kita tidak terimbas dari isu itu (BPA).”

“Karena kita bergerak dengan ilmu pengetahuan bukan dengan isu,” ujar Prof. Dr. Achmad Zainal Abidin, Pakar Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada sebuah talkshow di radio swasta baru-baru ini.

Dia mengatakan, galon polikarbonat ini sudah dikonsumsi masyarakat selama 40 tahun lebih. Hingga hari ini pun tidak ada kasus seperti yang diisukan berbagai pihak tertentu.

“Saya kira itu catatan penting ya bagi semua orang yang menyebarkan isu bahaya galon polikarbonat ini,” katanya.

Menurutnya, polikarbonat itu merupakan bahan plastik yang aman dan dinyatakan baik untuk bungkus maupun kemasan makanan maupun minuman.

“Saat ini ada orang mensosialisasikan galon BPA free. Itu tidak berarti aman untuk kesehatan. Karena, etilen glikol yang ada dalam kemasan itu juga berbahaya,” tuturnya.

Dia mengutarakan, galon polikarbonat termasuk pembungkus atau wadah yang bagus. Dari sisi properties thermal atau terhadap suhu, kemasan ini termasuk kuat.

Begitu juga dari sisi properties terhadap mekanik seperti gesekan, benturan, goresan.

“Nah, sekarang orang ribut dengan BPA. Seharusnya masyarakat itu jangan ditakut-takuti dan harus dikasih informasi yang benar.”

‘Karena itu kan sudah diatur oleh BPOM. Jadi, kita harus memberikan informasi yang benar agar masyarakat bisa tenang, tentram dan enaklah,” tukasnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. M.Li, juga menyampaikan hal serupa.

“Di keluarga saya itu separuhnya dokter, tapi nggak mati tuh gara-gara minum air galon polikarbonat. Kami menganggap isu itu sebagai jokes saja.”

“Tapi, kan tidak semua seperti keluarga kami dalam menyikapi isu ini. Yang di luar itu gimana? Dan kalau suatu kondisi munculnya monopoli dalam satu pasar karena ada statement atau ketentuan yang belum teruji, so unfair,” ucapnya.

Persaingan

Dia mengatakan cara-cara persaingan bisnis seperti menyebarkan isu hoaks galon Polikarbonat itu merupakan persaingan dagang yang tidak sehat.

Menurutnya, yang dikhawatirkan dari perang yang tidak fair itu adalah dampaknya kepada masyarakat.

“Masyarakat menjadi takut meminumnya. Beda dengan kita orang akademisi yang akan menanyakan apa evidence based-nya dari isu tersebut,” jelasnya.

Dalam dunia hukum persaingan usaha, kata Ningrum, itu namanya unfair business practices.

“Kalau ada yang jahat misalnya di dalam karung itu ditaruh batu, itu betul-betul cara yang brutal banget, pidana.”

“Tapi ada cara-cara yang sophisticated dengan menyudutkan satu produk, it’s so unfair,” katanya.

Dia memaparkan, jika terjadi kekacauan di masyarakat hanya karena ada pihak-pihak tertentu yang menyebarkan isu yang tidak benar melalui media sosial, hukum harus dijalankan.

“Kalau anda mengeluarkan statement-statement yang tidak benar dan tidak berdasarkan bukti, pasti ada delik aduannya.”

“Jadi, saya lebih percaya edukasi, pemerintah berperan, literasi ditingkatkan, don’t worry,” katanya.***