PENDIDIKAN

ERC Memotret Suka Duka Perjalanan Pendidikan Indonesia Tahun 2022.

×

ERC Memotret Suka Duka Perjalanan Pendidikan Indonesia Tahun 2022.

Sebarkan artikel ini
ERC Memotret
Kilas balik pendidikan 2022

KAPOL.ID – Bagi beberapa orang, isu mengenai pendidikan tidak lagi menjadi hal yang sangat penting untuk diperbincangkan. Pasalnya, lulusan dari lembaga-lembaga pendidikan nyaris bisa dikatakan sama saja dengan orang yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan, baik secara wawasan maupun nasib sosial.

Dalam diskusi akhir tahun yang diadakan Educational Research and Consulting (ERC), hampir semua narasumber memberikan catatan pahit terhadap kondisi pendidikan tanah air. Poin-poin yang terlempar, bersimpuh pada penilaian bahwa pendidikan tanah air jauh dari kata ideal “Di sekolah-sekolah, doktrin-doktrin yang mematikan kreativitas siswa menjadi bukti sistem pendidikan kita bermasalah” tutur Niha Nihaya, ketua umum HMI Usakti yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi ini.

Senada dengan hal tersebut, Lintang Ayu Taufiqoh (Pengurus Komunitas Distrik) juga menilai, bahkan setingkat pendidikan usia dini (PAUD) dipaksa menghafal dan dijejali banyak hal yang dapat membuat anak-anak jenuh dan tidak betah di kelas ” Fun factnya, anak kecil sering belajar dari sesuatu yang tidak diduga-duga, seperti permainan atau behavior kita sendiri” tambahnya

Karena itu, Ai Nurhidayat yang notabene nya sebagai guru di SMK Bakti Karya Parigi mengajak peserta diskusi untuk tidak mengurung definisi pendidikan sekedar hanya sekolah atau pengajaran semata. Lebih luas dari itu, pendidikan dimaksudkan agar semua orang dapat tertuntun ke hal-hal baik yang tidak hanya berdampak pada dirinya, tapi juga ke lingkungan sekitarnya. ” Sekolah bisa saja ditiadakan, tapi pendidikan itu sendiri akan terus kekal dan berpengaruh dalam menentukan kualitas peradaban manusia” jelasnya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sekjen Sema Paramadina, Gusti Bagus Ferza yang mengatakan bahwa adanya lembaga pendidikan di tengah-tengah masyarakat seperti halnya Universitas, harus mampu menangkap persoalan yang dialami masyarakat sekitarnya, serta mengusahakan jalan keluarnya pula “Terutama seorang mahasiswa, ia tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai agen perubahan untuk tetap konsisten peduli terhadap persoalan yang menimpa masyarakat” jelasnya.

Arya Pramuditha, narasumber yang masih berstatus mahasiswa menyampaikan bahwa pendidikan sebenarnya masih menjadi perhatian anak-anak muda untuk tetap diperjuangkan. Menurutnya, anak-anak muda masih menaruh harapan kepada lembaga pendidikan saat ini demi masa depan mereka yang cerah. “Andai saja persoalan akses, kualitas, dan relevansi pembelajaran lebih ditingkatkan, akan lebih banyak anak-anak muda yang percaya bahwa pendidikan itu penting” tambahnya.

Beberapa peserta diskusi yang ragu bahwa niat baik untuk pendidikan ini sulit dicapai mengingat perjuangan sudah massif dilakukan namun belum juga ada hasil yang signifikan, direspon oleh Afiq Naufal (Resistence) bahwa pertama kali yang mesti dilakukan adalah kembali kepada masyarakat dan membahas bersama mereka sehingga dapat menyatukan kekuatan untuk meraih sebuah tujuan luhur “Bagi saya, selain bertujuan gratis, ilmiah dan demokratis, pendidikan juga harus bervisi kerakyatan” terangnya

ERC Memotret
Suasana diskusi yang hangat.

Peserta diskusi yang lain ikut serta mengomentari perihal sulitnya niat-niat baik tentang pendidikan sulit diraih yang menurutnya hal tersebut terjadi dikarenakan gerakan-gerakan yang ada, tidak terstruktur dengan baik. Antara gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil lebih sering berjalan secara terpisah. Apalagi tidak ada satupun dari kita yang terlibat dalam stuktur kekuasaan.

Fawwaz Nurudin (Ketua Semar UI) merespon bahwa perjuangan-perjuangan yang ada seperti sekarang merupakan usaha mewujudkan pendidikan yang emansipatoris, yang membuka mata terhadap masalah yang menimpa masyarakat

“Kalau sistem kekuasaan sudah bobrok, lantas buat apa kita memasukinya. Itu mengapa perjuangan akar rumput menjadi sangat penting untuk dilakukan, semata-mata untuk memberikan simbol bahwa rakyat dapat menciptakan struktur-struktur yang lebih ideal diluar struktur kekuasaan yang sudah chaos” jelasnya.

Adanya siang, bukan berarti tidak adanya malam. Catatan kritis harus diseimbangi dengan apresiasi sebesar-besarnya terhadap capaian-capaian pendidikan kita. Karenanya, untuk anak-anak bangsa yang mengharumkan nama bangsa melalui sebuah prestasi, patut kita sampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya.

“Kita berharap catatan-catatan pahit di tahun ini menjadi catatan-catatan manis di tahun-tahun selanjutnya” tutup Dayad, Direktur Eksekutif ERC.