POLITIK

Hasto: Fungsi Partai Tak Hanya Rekrutmen, Pendidikan Politik, Kaderisasi serta Agregasi

×

Hasto: Fungsi Partai Tak Hanya Rekrutmen, Pendidikan Politik, Kaderisasi serta Agregasi

Sebarkan artikel ini
Seminar Nasional bertajuk "Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Stragis Nasional" di Hotel Savoy Homann Bandung, Kamis (26/1/2023).

KAPOL.ID – Penelitian dengan pendekatan ilmiah menjadi aspek penting agar sebuah partai bisa tetap bertahan.

Sebagai contoh, dilakukan penelitian dari kepemimpinan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang telah meletakkan berbagai aspek penting strategis dalam pelembagaan partai.

Disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto di Hotel Savoy Homann Bandung, Kamis (26/1/2023).

“Dari pengalaman empiris Ibu Megawati Soekarnoputri yang kami lakukan kajian secara ilmiah, adalah bauran antara aspek pemimpin, ideologi, kultur, transformasi organisasi dan berjalannya fungsi-fungsi organisasi kepartaian yang ideal,” kata Hasto.

Disela kegiatan Seminar Nasional bertajuk “Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Stragis Nasional” tersebut, ia mengatakan selain mampu membuat parpol bertahan dan tumbuh berkembang, Hasto menilai, penempatan pelembagaan partai dalam kerangka akademis juga dapat menjadi penunjuk arah masa depan bangsa dan negara.

“Fungsi partai tidak hanya rekrutmen, pendidikan politik, kaderisasi serta agregasi kepemimpinan rakyat menjadi kebijakan publik tetapi fungsi hubungan atau kerja sama internasional,” ucapnya.

Ditempat yang sama, Akademisi Universitas Indonesia, Hanief Saha Ghafur, mengatakan, parpol tidak bisa berlanjut jika tidak memiliki ketahanan dan ketangguhan, baik internal maupun eksternal. Karenanya, dua hal tersebut penting menjadi perhatian parpol di tanah air.

“Ketangguhan itu terkait kemampuan meregenerasi, investasi jangka panjang melalui kader. Termasuk mempromosikan kepemimpinan partai kepada publik, itu penting,” tutur Hanief.

Dikatakan dia, institusi parpol tanah air berbeda dengan Barat yang menjunjung tinggi ideologi.

“Sementara di Indonesia, parpol lebih mengedepankan sosok atau figur untuk menarik massa,” ujarnya.

Persoalannya transformasi ke depannya, keberlanjutan figur-figur.

“Artinya partai jangan bergantung kepada figur, kemudian menjadi declining akibat dari tidak mampu meregenerasi,” ujarnya.***