Ke Cipasung, Ganjar Tunjukkan Keberpihakan ke Pesantren

“Masukan dari kami, mudah-mudahan Pak Ganjar menang dan menjadi Presiden, jangan lupa sama kiai dan pesantren,” ujar K. H. Ubaidillah Ruhiat, mewakili suara para kiai.

Di pihak lain, Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto mengutarakan bahwa di Kabupaten Tasikmalaya, pesantren adalah dasar kehidupan masyarakat. Karena itu butuh keberpihakan anggaran.

Kalaulah Ganjar Pranowo kelak menjadi Presiden Indonesia, Ade meminta anggaran khusus dalam DAU untuk pondok pesantren. Selama ini, alokasi anggaran untuk pendidikan lebih cenderung ke pendidikan formal seperti sekolah.

“Kami mintakan itu karena kami jadi daerah dengan PAD terkecil di Jawa Barat. Selain itu, satu-satunya lembaga pendidikan yang mengajarkan kebaikan adalah pesantren. Kalau yang mengajarkan soal kepandaian, sangat banyak,” kata Ade.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sendiri, lanjut Ade, bukan tidak membantu pesantren. Hanya nominalnya yang masih belum maksimal, sementara jumlah pesantren lebih dari 1.300 pesantren.

“Bantuan kami hanya Rp 13,5 miliar melalui FPP (Forum Pondok Pesantren). Itu sangat kecil sekali. Karena itu, bantuan penyelenggaraan pesantren melalui DAU kami pandang mampu membantu para kiai dan pesantren,” tandas Ade.

Merespon masukan tersebut, politikus PDI Perjuangan itu menegaskan ia akan sangat sulit melupakan kiai dan pesantren. Karena istrinya adalah anak kiai.

“Kalau sampai lupa (kepada kiai dan pesantren, saya bisa dipecat,” jawab mantan Gubernur Jateng tersebut sambil terkekeh.

Adapun terkait politik anggaran, regulasinya sudah ada. Tinggal bagaimana regulasi itu terlaksana secara maksimal.

“Kalau anggarannya kecil, pemimpin harus kreatif. Salah satunya, saran saya, maksimalkan Baznas. Dorong ASN menjadi contoh bagi masyarakat untuk berzakat ke Baznas. Lalu alokasikan ke pesantren. Saya juga sejauh ini banyak terbantu oleh Baznas,” pungkas Ganjar.