Dian Sugiana, S.Pd.
Guru SMPN 1 Cibalong Kab.Tasikmalaya
Dengan segala kerendahan hati nampaknya kita sependapat bahwa dewasa ini perubahan dalam dunia pendidikan sangatlah signifikan dan berbanding lurus dengan kelajuan generasi.
Perubahan yang berarti ini pada akhirnya akan terwujud menjadi sebuah tatanan karakter sebagai ciri /identitas sebuah bangsa. Identitas ini bisa teraktualiasi salah satunya dengan adanya pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah melalui kelas yang dewasa ini sedang mengalami dinamika solutif atas pandemi covid-19.
Penulis berpendapat bahwa pembelajaran ini terjadi dengan istilah khusus dan situasional yang lazim dinamakan kelas maya.
Dalam keseharian, kita tentu mengetahui bahwa yang namanya sebuah kelas di dalam dunia pendidikan umumnya adalah sebuah kelompok dan difasilitasi dengan tempat untuk berkumpul. Di dalam kelompoknya inilah setiap siswa akan berperan secara khas.
Peranan siswa ini tentunya dengan kapasitas, kemampuan, dan karakter individu yang berbeda. Hal inilah yang membutuhkan peran penting dari semua terhadap adanya sebuah tatanan pendidikan yang mengarah pada penguatan karakter dan budi pekerti luhur selain peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
Pada peran inilah figur guru diperlukan dengan tepat. Figur ini sebagai salah satu agen perubahan peradaban sepanjang sejarah manusia.
Pendek kata, penulis berpendapat bahwa definisi terhadap kelas secara fisik bisa disimpulkan bahwa kelas adalah kumpulan peserta didik, difasilitasi oleh sekolah atau lembaga pendidikan dengan adanya ruangan belajar. Di tempat inilah terjadi proses pembelajaran.
Aktivitas di dalam kelas ini dilaksanakan oleh guru dan siswa serta adaptatif dengan materi dalam bingkai waktu tertentu dengan pola terbatas.
Penulis berpendapat bahwa dewasa ini istilah kelas sudah mengalami pergeseran arti dan akan berujung pada esensi. Pada pembelajaran saat periode dulu, kita pernah mengalami jumlah siswa yang berkategori jumlah siswa banyak. Dalam satu kelas, rata-rata jumlah siswa dalam satu kelas yaitu 30 – 40 siswa.
Dewasa ini, di jenjang pendidikan menengah pertama misalnya, sekarang ini di dalam suatu kelas itu umumnya hanya memuat 20 sampai 32 siswa. Penulis berpendapat bahwa adanya perubahan jumlah siswa mengindikasikan perlu adanya penguatan daya serap siswa dan kebermaknaan pembelajaran agar maksimal pada tiap mata pelajaran yang diikuti siswa.
Selain itu, hal ini pun mengindidikasikan adanya ketaatan kita terhadap aturan pemerintah mengenai tata kelola pendidikan di sekolah. Semua hal ini berlaku sebagai patokan terhadap pengertian kelas dalam mewadahi komunitas peserta didik dan tata pengelompokannya di sistem pendidikan kita.
Selain mengenai pengertian kelas secara fisik di atas, dewasa ini kita pun didorong untuk sedikitnya mengenal istilah kelas maya. Tentu banyak definisi mengenai pengertian dari kelas maya.
Menurut hemat penulis, kelas adalah sebagai komunitas di sekolah atau lembaga pendidikan. Di kelas itu merupakan tempat atau wahana transformasi belajar siswa dengan semakin majunya media pembelajaran yang berintergasi dengan teknologi.
Kelas maya merupakan pengembangan kelas yang ada di sekolah. Istilah maya karena kelas ini merupakan komunitas digital yang tidak tampak secara fisik dalam pengelolaan pembelajaran.
Dewasa ini dalam mengelola materi pembelajaran, acapkali guru menyampaikan materi pembelajaran secara daring dengan aplikasi atau website yang bisa diakses oleh siswa.
Hal ini semakin menguatkan bahwa telah terjadi transformasi esensi atas kelas dalam dunia pendidikan. Pendek kata kelas maya adalah kumpulan orang yang melakukan pembelajaran yang tidak terikat oleh ruang dan waktu serta berintegrasi dengan teknologi. Di mata seorang guru keberadaan kelas apapun bentuknya harus dikelola dengan baik sehingga bisa optimal.
Berikut ini adalah upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam menyikapi munculnya kelas maya sekarang ini. 1) Pastikan basis pengelolaan kelas di media digital, apakah berbasis web atau media sosial sebagai media penyampaian materi pembelajaran dari guru. Hal ini dilakukan untuk memudahkan siswa bisa mengakses materi dan pengeloaan siswa dengan mudah.
2) Biasakan melakukan upaya cek kehadiran siswa di waktu yang di tentukan jika pembelajaran berlangsung secara langsung/daring dengan aplikasi yang disepakati. 3) Berilah arahan pada siswa bahwa pada pembelajaran daring, tetaplah berperilaku baik, bertutur kata yang sopan, berpenampilan rapi dan sesuai aturan.
4) siapkan bahan ajar yang bisa diakses oleh siswa supaya bisa terjadi komunikasi secara tepat, dan sebagainya.
Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru demi pengoptimalan mutu pembelajaran di kelas maya. Semua bermuara pada motivasi diri untuk bisa beradaptasi dengan keadaan sesuai kemampuan dan kapasitas kita.
Untuk siswa sebagai peserta didik di kelas maya, ada beberapa hal yang bisa disikapi.1) Pastikan bahwa materi prasyarat minimal telah dimiliki melalui materi pada buku paket. 2) Ubahlah persepsi bahwa di kelas maya semua peserta didik hanya diam dan menyimak materi saja. Aktiflah dengan bertanya atau berpendapat secara langsung.
3) Pastikan keberadaan kita ada di tempat yang kuat jaringannya selain dukungan kuota/wifi dan smartphone atau media lain yang layak dan perlu. 4) Jagalah nilai kekeluargaan di kelas maya dengan cara berperilaku baik dan sopan, memperhatikan dengan baik materi pembelajaran, dan sebagainya.
Pendek kata, dengan adanya kelas maya ini bisa menjadi pengalaman dan bekal berharga dalam mengoptimalkan mutu pembelajaran siswa.
Selain itu, peran orang tua pun ada bagiannya. Adapun peran orang tua siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat bisa melakukan evaluasi dan memberi masukan atas kekurangan yang mungkin terjadi di kelas maya pada guru atau pihak sekolah.
Dukungan utama orangtua adalah diantaranya fasilitas yang bisa memungkinkan terjadinya pembelajaran di kelas maya. Penulis yakin bahwa semua bisa menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan sekarang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas serta tanggung jawabnya.
Terkait dengan istilah disrupsi maka intinya adalah terjadi penyederhanaan dan terobosan mengenai keberadaan kelas. Kelas sebagai wahana berkumpulnya siswa dan pengetahuan siswa melalui pembelajaran antara guru dan siswa dewasa ini mengalami perubahan berarti.
Pendek kata, dewasa ini istilah kelas sudah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu untuk melakukan pembelajaran. Komitmen dari semuanya bisa menjadi penggerak terhadap adanya esensi ini.
Dengan segala hormat maka penulis bisa menggaris bawahi bahwa adanya kelas maya bisa menjadi sebuah terobosan berwujud inovasi dalam dunia pendidikan. Perubahan ini akan senantiasa berkembang menuju kesempurnaan.
Adanya evolusi ini pada akhirnya akan membawa pada model pembelajaran yang diterapkan sehingga bisa teraktualisasi dengan kebutuhan zaman yang terintegrasi dengan teknologi.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah suasana kekekuargaan dan etika dari semuanya harus ada di kelas maya sebagai pembiasaan baik. Hal ini perlu dijaga sebagai identitas bangsa kita.***