TASIKMALAYA–Atas jargon “NKRI harga mati”, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (Ketum PPPM), Sunanto, tidak sependapat. Baginya justru sebaliknya, BKRI harga hidup.
Sunanto mengutarakan argumennya itu di hadapan sekitar 400 orang peserta Musyawarah Wilayah (Musywil) Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Jumat (27/12/2019). Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Tasikmalaya bertindak sebagai tuan rumah, dengan memilih tempat Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas).
“Kenapa NKRI itu harga hidup? Karena kalau NKRI harga mati, berarti tidak berkemajuan. Tetapi soal Pancasila, itu sudah final, sebagai darul ahdi wa syahadah. Tidak bisa diganggu gugat lagi,” ujar pria yang akrab disapa Cak Nanto.
Untuk dapat berkemajuan, lanjut Cak Nanto, Pemuda Muhammadiyah selalu ingin berkontribusi bagi bangsa. Ia menghimbau supaya Pemuda Muhammadiyah tidak pernah lelah, tidak pernah cape, dalam berkontribusi bagi bangsa.
Untuk Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Cak Nanto cukup mengapresiasi, sebab banyak kadernya yang terlibat dalam penyelenggara pemilihan umum; baik di Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) maupun Komisi Penyelenggara Pemilu (KPU).
“Jawa Barat termasuk yang paling banyak kadernya yang masuk di lembaga atau komisi penyelenggara pemilu. Permasalahan lainnya, setelah duduk di sana, apakah mereka tetap mengaku sebagai kader Muhammadiyah?” ujarnya, disusul gelak tawa peserta musyawarah.
Keterlibatan kader muda Muhammadiyah di lemba penyelenggara Pemilu, bagi Cak Nanto, juga penting. Sebab, di samping dakwah ekonomi, dakwah kekuasaan tidak kalah perlu. Dengan demikian, ia mengingatkan, seandainya ada perbedaan pilihan dalam musyawarah, tidak boleh lantas memutuskan persaudaraan.