Pengasuh Pondok Modern Al Aqsha Jatinangor, DR. KH. Mukhlis Aliyudin, M.Ag mengatakan, melawan hoaks adalah salah satu upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berita bohong atau hoaks di media sosial menurut KH. Mukhlis, salah satu potensi yang dapat memecah-belah bangsa Indonesia
Hal itu di sampaikan dalam menyikapi Pemilihan Umum 2019 yang sudah berjalan dengan baik, agar tidak tercederai isu-isu tidak jelas.
“Pemilu sudah selesai sampai dengan Pleno KPUD, dan berlangsung jujur dan adil. Saya pribadi mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim sukses dan para caleg yang sudah sama-sama menjaga kondusifitas keamanan,” ujarnya.
Dikatakan, semua pihak sejatinya menghormati mekanisme yang berlaku oleh penyelenggara, yaitu KPU, dan menerima hasilnya dengan lapang dada.
“Saya tentunya tidak setuju cara-cara inkonstitusional dalam menyikapi hasil pemilu. Lakukan dengan cara konstitusional, tetap menjaga kerukunan umat apalagi di bulan suci ramadhan ini,” ujarnya.
Menurutnya dalam menyikapi maraknya isu kecurangan pemilu 2019 yang berkembang di media sosial, yang dapat memprovokasi masyarakat.
“Kami juga menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara Pemilu dan Aparat TNI-Polri yang telah mengawal jalannya Pemilu, khususnya di Kabupaten Sumedang hingga berlangsung aman, damai dan kondusif. Perjuangan semua pihak yang terlibat dalam proses jalannya pemilu 2019 jangan sampai dicederai dengan isu yang belum jelas kebenarannya. Mari, seluruh bangsa Indonesia bersatu, walau sebelumnya beda pilihan dalam pemilu. Beda pilihan adalah hal wajar, namun persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga,” ungkapnya.
Proses demokrasi yang telah berlangsung dengan baik ini sejatinya dijadikan pelajaran dan pendewasaan dalam berpolitik.
“Oleh sebab itu, kami berharap siapapun pemenangnya mulai dari Presiden hingga Legislatif Kabupaten/Kota merupakan sebuah amanah serta takdir dari Allah SWT dan tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan tugas kita sebagai rakyat Indonesia kini menjaga kerukunan dan persatuan,” ujarnya. (Devi)***