PENDIDIKAN

Komite SMAN 14 Kota Bandung Jadi Percontohan

×

Komite SMAN 14 Kota Bandung Jadi Percontohan

Sebarkan artikel ini
IST

KAPOL.ID – Komite SMAN 14 Kota Bandung, bisa menjadi contoh bagi komite sekolah se-Jabar.

Terutama dalam hal kolaborasi antara komite dengan manajemen sekolah.

Tujuannya tidak lain untuk memajukan mutu layanan pendidikan di sekolah tersebut, baik dari segi sarana prasarana maupun sumber daya manusia.

Imam Haryono Ketua Komite SMAN 14 Kota Bandung, memaparkannya kepada perwakilan Forum Wartawan Pendidikan (FWP) Jabar, di RM Ayam Kremesan, Jalan Terusan Jakarta, Antapani, Kamis (15/7/2022) sore.

Kepada FWP Jabar, Imam menjelaskan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah tidak terlepas dari peran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.

Ia pun membeberkan mengenai pembangunan di SMAN 14 Kota Bandung yang selama ini tidak menggunakan anggaran DAK, 100 persen sumbangan dari orangtua siswa.

Hal itu dikarenakan lahan SMAN 14 Kota Bandung berada di Komplek TNI.

“Sehingga tidak bisa menerima bantuan DAK dari pemerintah untuk pembangunannya dan kami berinisiatif (komite sekolah) membangun SMAN 14,” kata Imam.

Lanjut Imam, kini bangunan SMAN 14 Kota Bandung memiliki kualitas yang sangat baik.

Dibangun dalam kurun waktu 15 tahun dari tahun 2003 dan selesai sekitar tahun 2018.

“Sebelumnya kami telah membuat masterplan yang direncanakan secara matang,” kata Imam, yang pernah terpilih sebagai Ketua Komite Sekolah Terbaik se-Jabar.

“Alhamdulillah sekarang sudah berdiri bangunan sekolah yang megah. Ruang kelas sebanyak 27 rombongan belajar (rombel) yang representatif dengan bangku meja sendiri-sendiri pertama di Kota Bandung, fasilitas pendukung dalam kelas, ruang kepala sekolah, ruang manajemen, ruang guru, tata usaha, perpustakaan, masjid, laboratorium, komputer, jaringan internet, sekretariat untuk 20 ekskul, toilet siswa yang representatif, lapang olahraga dan lainnya,” sambungnya.

Imam juga tidak memungkiri bahwa dalam masa pembangunan silih berganti kepala sekolahnya.

Oleh sebab itu memerlukan kesabaran yang tinggi dan kesinambungan karena para kepala sekolah yang kebetulan memimpin dalam masa pembangunan tidak bisa menikmati hasilnya.

Komite sekolah juga harus mendukung program-program sekolah, yang terukur dalam hal menentukan anggarannya. Di antaranya dalam pengadaan buku pelajaran, kata Imam harus tepat guna dan harga yang bersaing, sehingga tidak menghabiskan anggaran yang ada.

Sedangkan untuk pembentukan karakter siswa, sebelum pandemi melanda di Tanah Air (Maret 2020), rutin diadakan pendidikan bela negara bagi siswa baru SMAN 14 Kota Bandung. Mereka diasramakan sekitar tiga hari dua malam. Dididik jiwa korsanya, dilatih fisik serta kedisiplinannya oleh Pusenif.

Saat ditanya kenapa para orangtua siswa selama ini secara sadar dan sukarela menyumbang ke sekolah, kata Imam karena komite sekolah selama ini memegang kepercayaan dari mereka. Tidak menyelewengkan anggaran yang ada.

“Artinya kita konsisten membangun. Sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat itu kepercayaan. Building trush sangat berat, apa yang kita ucapkan, laksanakan, laporkan harus sesuai. Plan do check act (PDAC),” kata Imam yang pernah menjabat Wakil Rektor III, Telkom University.

“Insya Allah amanah manfaatnya dirasakan oleh siswa dan orangtua siswa,” imbuhya.

Meskipun begitu, kata Imam disaat pandemi, sumbangan dari orangtua siswa tidak selancar seperti biasanya, karena terdampak secara ekonomi.

FWP juga menanyakan mengenai jumlah komite SMAN 14, kata Imam hanya lima orang, sejauh ini efektif dan kompak. Namun begitu dirinya juga tidak memungkiri ada saja perbedaan, namun secara umum relatif berjalan baik.

Perwakilan FWP juga menanyakan apakah ada bendahara khusus komite sekolah dalam pengelolaan sumbangan orangtua siswa, jawabnya selama ini tidak ada bendahara komite.

“Bendaharanya ya dari sekolah. Laporan keuangan terkontrol dari rekening koran. Jadi uang masuk dan keluar harus melalui rekening (rekening bersama komite dan sekolah) yang dibuat khusus. Kami juga tidak ngantor di sekolah dan tidak digaji. Malah sebaliknya terkadang menggunakan uang pribadi untuk membantu keperluan sekolah apabila anggaran dari pemerintah belum turun,” kata Imam.

Imam juga menjelaskan mengenai peran penting komite di sekolah, menurutnya ada empat tugas pokok komite sekolah yakni advisory (penasihat), monitoring (pemantauan), supporting (mendukung) dan mediatory (menengahi/mencari jalan ke luar).

FWP Jabar pun menyinggung mengenai sumbangan orangtua siswa saat ini karena tidak sedikit sekolah yang ketakutan dianggap melakukan pungutan liar (pungli), kata Imam sangat diperlukan kalau anggaran peningkatan mutu layanan pendidikan dari pemerintah belum bisa tertutupi semua.

“Saat ini masih diperlukan, untuk mengurangi gap atau kekurangan anggaran, terlebih untuk kepentingan siswa,” kata Imam yang pernah menjadi anggota Dewan Pendidikan Kota Bandung dan Jawa Barat.

“Sebenarnya itu semua tanggungjawab pemerintah. Diumpamakan kalau kebutuhan sekolah itu ada diangka 100 dan baru bisa memenuhi angka 70, maka orangtua tidak akan keberatan menutupi kekurangannya, asal benar. Pengelolaan uang perlu adanya trush kehati-hatian, efektif dan tepat sasaran. Sebaliknya jangan korupsi, over volume, over price dan fiktif,” pungkasnya. ***