KAPOL.ID–Dadang Suhendar, Kasi Pascapanen Bidang Padi dan Palawija Disperpakan Kabupaten Tasikmalaya mengemukakan bahwa kualitas kedelai lokal lebih tinggi ketimbang kedelai impor.
“Setelah kita evaluasi, sebagai bahan dasar tahu dan tempe sebetulnya kualitas kacang kita itu lebih bagus. Jadi ada serat-serat kacangnya yang mendukung pada kualitas tahu atau tempe,” ujar Dadang kepada kapol.id.
Meski demikian, lanjut Dadang, kedelai lokal Kabupaten Tasikmalaya tidak serta merta dapat masuk ke pabrik tahu dan tempe. Karena terkadang petani keberatan soal harga yang terlalu murah.
Disperpakan pernah berkoordinasi dengan para pengusaha tahu dan tempe, perihal keengganan mereka membeli kedelai petani lokal Kabupaten Tasikmalaya dengan harga lebih tinggi.
“Ternyata kedelai yang dijual oleh petani itu kedelai sisa penyortiran, yang kualitasnya seadanya, bahkan bisa dikatakan yang rendah. Kasus ini hampir terjadi di semua kabupaten di Indonesia,” tambahnya.
Adapun kedelai kualitas tertinggi dipilih oleh petani untuk dijadikan benih. Karena pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah mengintruksikan petani untuk melakukan penyediaan benih. Sisanya baru dijual.
Per tahun ini persoalan serupa dijamin tidak akan terjadi. Pasalnya, kata Dadang, penyediaan benih kedelai akan ditangani oleh Kementerian Pertanian. Semua terdistribusi dari pusat. Sehingga petani dapat menjual semua hasil panennya.
“Sekarang, dengan adanya penyetopan penyediaan benih, insya Allah harga kedelai lokal juga bisa naik buat petani. Harga bisa bersaing. Mudah-mudahan saja kebutuhan kedelai yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dapat tertutupi,” tambah Dadang.
Sekalipun demikian, Dadang tetap berkomitmen bahwa pihaknya akan memberi penyuluhan kepada petani. Terutama dalam proses penyortiran.
Penyuluhan menjadi penting agar petani dapat menyediakan kedelai dengan kualitas tinggi, sesuai kebutuhan pabrik tahu dan tempe.
“Intinya, ke depan harus bener-bener saat penyortiran. Jadi saat menjual kedelai itu tidak diradkeun dengan alasan takut rugi,” tandas Dadang.