KAPOL.ID –
Masyarakat wilayah RW 09 Tugujaya Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya menyemut di Lapangan Sukawangi, Sabtu (26/8/2023) malam.
Mereka menyaksikan gelaran budaya dalam Kibar Budaya Jilid 8 Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT) berkolaborasi dengan warga setempat.
Mulai dari anak-anak, ABG, pemuda, santri hingga dewasa nampak menghayati pertunjukan kontemporer seni religi dengan seni tradisi.
Salah satunya saat pencak silat yang dikolaborasikan dengan syair religi, serta gelaran lainnya hingga menjelang tengah malam.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan mengatakan, sangat bergembira. Ternyata di RW 9 Tugujaya menyimpan banyak potensi yang luar biasa.
“Ini menjadi daya tarik luar biasa. Kita harus mengembangkan kearifan lokal, religiusitas dan seni di Kota Tasik,” katanya.
Tematik
Wakil Ketua DKKT, Hendra J. Rustandi mengatakan, Kibar Budaya Jilid 8
memang dibuat tematik.
Penampilan kolaborasi tiga rumpun diantaranya tema lingkungan dan identitas kota. Lalu muncullah judul ngarawat lembur matuh pamidangan.
“Gelaran ini kolaborasi tiga rumpun yakni tata busana, religi dan seni pertunjukan melibatkan talent setempat. Dengan proporsi 80 persen lokal, dan 20 persen dari DKKT.”
“Sekaligus memberikan edukasi dan menggali potensi yang ada di daerah tersebut. Tadi pagi Pj Wali Kota pak Cheka hadir,” ucapnya.
Ketua RW 9 Tugujaya, Jenal Mutakin mengatakan, konsep kegiatan seperti ini baru pertama kali dilakukan. Berawal dari antusiasme warga ingin membuat gelaran yang berbeda dengan yang lain.
“Di lingkup ke-RW-an kami ini ada lima kampung, ternyata setelah dicoba potensi warga bermunculan. Kami berencana membuat acara seperti ini setiap tahun,” katanya.
Ketua Panitia Acara, Ijang Rusmiana mengatakan, acara dikemas dalam dua hari pelaksanaan. Hari pertama diisi dengan kaulinan barudak, hari kedua berlangsung maraton sejak pagi.
Pagi tadi helaran budaya, pada malam harinya gelaran budaya juga santunan terhadap anak yatim dan jompo.
“Kita berkolaborasi dewan kesenian dipadukan dengan swadaya masyarakat. Kami ingin sesuatu yang positif,” kata Idang sapaan akrabnya.
Sebelumnya warga setempat juga mendapat pembinaan dahulu dari dewan kesenian. Kemudian bersama warga mengaplikasikan dalam gelaran seni.***