KAPOL.ID – Sekelompok anak muda penggiat literasi “Teduhi Tasik” menggelar diskusi di Sebuah kedai bernama Waroeng Dialog Kopi, Ahad (6/9/2020).
Diskusi itu sekaligus refleksi 16 tahun kematian Munir, pejuang HAM yang tewas dibunuh di pesawat dalam perjalanan ke Belanda, 7 September 2004 silam.
Salah seorang panitia, Lukman Nulhakim ketika ditemui di sela-sela acara mengataka tujuan diadakannya acara ini adalah sebagai trigger pergerakan kepemudaan menuju arah yang positif, sosok Munir dijadikan inspirasi atas gigihnya dalam memperjuangkan apa yang dia yakini benar.
Sementara Jurnalis Tiko Heryanto yang menjadi pembicara menuturkan jumlah pemuda di indonesia adalah bonus demografi ini akan menjadi bonus atau menjadi bencana tergantung pemuda terebut.
“Kegiatan ini sebagai tanggung jawab moril dan keberpihakan kita pada kebenaran, walaupun tidak berdampak besar paling tidak kita sudah berbuat,” ujarnya.
Sedangkan Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat yang juga jadi pembicara memaparkan bagaimana seorang Munir konsisten memperjuangkan orang-orang yang tertindas, berharap kasus ini segera rampung.
“Spiritnya yang harus kita ambil, Munir harus menjadi teladan generasi muda.”
Fikri Dikriansyah aktivis HMI sebagai moderator mengatakan bahwa acara ini harus rutin diselenggarakan sebagai upaya untuk sarana edukasi dan penambah wawasan generasi muda ditengah gempuran modernisasi.
Puluhan anak muda yang hadir terlihat begitu antusias mengikuti acara sampai selesai. Mereka berharap keadilan bisa terus ditegakkan, dan dalangnya bisa segera terungkap.
“Inilah yang diharapkan dari pemuda, bagaimana mereka bisa memetik hikmah dan menarik inspirasi dari setiap kejadian, termasuk dari kasus pembunuhan Munir ini. Sehingga semangat kepedulian Munir bisa diaplikasikan di tengah masyarakat” ujar H. M. Syabih Ashadi, tokoh masyarakat setempat.
“Saya berharap acara-acara diskusi seperti ini rutin diselenggarakan, mengangkat tema-tema aktual sehingga pemuda bisa bermanfaat untuk lingkungan sosialnya.” ujar Tiko menambahkan.
Acara yang berlangsung sekitar tiga jam berlangsung lancar. Selain diskusi diisi juga pertunjukan akustik serta pemutaran film dokumenter tentang Munir.