KAPOL.ID –
Dokter kecantikan Richard Lee menggiring seorang dokter anak Kanya Ayu Paramastri untuk menyatakan dukungan terhadap galon guna ulang berbahaya bagi kesehatan.
Dokter anak di Rumah Sakit Hermina Jatinegara ini malah mengatakan BPA itu tidak hanya ada di plastik galon guna ulang saja, tapi di beberapa kemasan lain.
“Banyak (Masyarakat) yang tahu tapi nggak paham betul (soal BPA). Galonnya dikhawatirkan tapi kan kita belum melihat isinya.”
“Dari makanan kita juga bisa dapat yang tanpa di dalam kemasan itu ada. Jadi, dalam kadar kecil itu masih diizinkan dan tidak membahayakan,” kata Kanya saat ditanyai Richard perihal bahaya BPA pada podcast Richard Lee.
Dokter Kanya menjelaskan penelitian dari FDA, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, BPA itu tidak hanya dari kemasan plastik. Tapi juga dari lingkungan, udara, air, dan pakaian.
Kemudian BPOM juga sudah menetapkan batas aman maksimal BPA itu yang diizinkan untuk beredar di dalam tubuh manusia. Ada 3 jurnal yang juga menyebutkan dalam kadar minimal, BPA itu masih diizinkan karena tidak membahayakan kesehatan.
BPA
Mendapat tanggapan tersebut, Richard mengakui sebenarnya sama sekali tidak paham mengenai BPA ini.
“Kalau di bidang kecantikan mungkin aku ahlinya. Kalau yang lain kan aku nggak ahli. Apalagi kan aku tuh nggak telaten rawat anak.”
“Kan istri yang biasa sama neneknya. Kalau gue sebetulnya nggak tahu BPA itu apa,” katanya.
Kanya menuturkan belum ada satu pun yang konklusif dari penelitian yang menyimpulkan BPA itu telah mengganggu kesehatan ibu hamil sehingga mempengaruhi perilaku anak.
“Kalau disebutkan berhubungan iya. Tapi itu baru perkiraan, dan dari semua jurnal yang saya baca menyebutkan dibutuhkan penelitian lebih lanjut,” tuturnya.
Jadi, kata Kanya, tidak bisa menyalahkan hanya salah satu produk saja sebagai penyebab terjadinya sesuatu pada anak termasuk autis.
Sebab, semakin ke sini itu polusi udara juga semakin berbahaya bagi kesehatan. Kemudian makanan-makanan yang dengan bahan-bahan kimia, pengawet dan seterusnya itu juga banyak berpengaruh bagi kesehatan tubuh.
“Jadi, nggak bisa cuma mengatakan satu produk saja sebagai penyebabnya,” ujarnya.***