KAPOL.ID – Ketua Tim Riset Septiawan Santana Kurnia mengatakan, fungsi pers di masyarakat kini tidak lagi seefektif dahulu.
Di mana media sosial kini dipakai masyarakat untuk mencari beragam informasi.
“Para wartawan kini (hampir) sejajar dengan khalayak pengguna media sosial saat mendistribusikan informasi,” ucap Santana, dalam “Public Expose: Hasil Riset Counter Narrative Melawan Hoaks,” yang digelar Diskominfo Jabar bersama Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, di Aula Utama Unisba Rabu (24/8/2022).
Menurut Septiawan, berbagai penelitian tentang hoaks menunjukkan betapa kuatnya penyebaran hoaks di media sosial, yang dipenuhi berbagai kepentingan, memicu kebencian, atau kehebohan, karena dirancang tanpa mempedulikan etika, dan dirancang sebagai kebohongan.
“Kegiatan counter narrative diperlukan untuk mengatasi dominasi narasi-narasi hoaks di wacana publik dalam bentuk ‘master narrative’, core story, master stories, dominant story atau antenarrative,” jelasnya.
Saat pandemi COVID-19 melanda, banyak yang menganggap pengumuman dari WHO pada Maret 2020 adalah sebagai satu penipuan.
“Pemerintah Daerah Jawa Barat harus meyakinkan masyarakat agar tidak terpengaruh oleh hoaks,” kata Septiawan.
Septiawan melihat berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan Pemda Provinsi Jabar, di antaranya dengan mengembangkan metode dalam merancang sebuah narasi tandingan, sebagai bentuk praktik kerja yang dilakukan oleh Jabar Saber Hoaks.
Narasi tandingan ini diproduksi secara berkala dalam memverifikasi suatu isu, rumor, desas-desus yang belum jelas fakta dan dasarnya, khususnya yang merambat di beragam kanal atau saluran media informasi online.
Berdasarkan hasil temuan, kegiatan narasi tandingan membawa muatan informasi yang dikerangka oleh JSH.
“Informasinya berisi penjelasan yang meng counter hoaks berdasarkan berbagai keadaan atau apa yang terjadi yang sebenarnya,” jelasnya.
Isi pesan narasi tandingan JSH meliputi berbagai keterangan – seperti waktu penyampaian pesan, panjangnya pesan, dan sebagainya. Selain itu, bersifat visual, real-time dan heterogen, dan memiliki berbagai aspek dan pola distribusi informasi sosial melalui media online.
“Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kredibilitas Jabar Saber Hoaks sebagai sumber pesan telah memenuhi kualifikasi safety, qualification, dan dynamism” pungkasnya
Sementara Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat Ika Mardiah mengatakan, Di era digitalisasi arus distribusi informasi mengalir begitu deras, cepat, dan masif.
Tak sedikit kerap ditemukan misinformasi, disinformasi, dan hoaks.
Jenis informasi ini harus diberantas agar tidak menyesatkan masyarakat dan menghambat pembangunan.
“Tantangan terbesar dan terberat pemerintah saat ini meyakinkan masyarakat agar tidak terpengaruh hoaks,” kata dia
Bagaimana menyusun narasi yang dapat menandingi atau membantah sebaran hoaks. ***