BIROKRASI

Sumedang Dipuji Presiden Soal Pencegahan Stunting

×

Sumedang Dipuji Presiden Soal Pencegahan Stunting

Sebarkan artikel ini
IST

KAPOL.ID – Presiden RI, Joko Widodo mengapresiasi Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat yang sudah memanfaatkan platform teknologi untuk memonitor stunting.

“Aplikasinya seperti apa, yang lain tinggal tiru saja. (Prevalensi stunting) Sumedang 32 persen tiga tahun yang lalu, di tahun 2022 menjadi 7 persen,” kata Presiden saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Kepala Daerah dan Forkopimda Tahun 2023 di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Selasa (17/1/2023).

Platform digital itu bertajuk SIMPATI (Sistem Pencegahan Stunting).

Platform tersebut, menjadi katalisator dalam pencegahan stunting di Kabupaten Sumedang pada sisi pengumpulan dan pelaporan data balita.

Aplikasi SIMPATI ini dapat digunakan oleh berbagai pihak mulai dari kader posyandu untuk melakukan pencatatan pemeriksaan berat badan dan tinggi anak, untuk pimpinan daerah, puskesmas, desa, dan dinas terkait lainnya untuk mendapatkan laporan menyangkut stunting.

Masyarakat umum/orang tua juga dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk melakukan pengecekan status gizi anak.

Dikatakan, bahwa permasalahan tengkes (stunting) harus menjadi perhatian setiap pemerintah daerah.

Karena, demi menuju Indonesia Zero Stunting pada 2030.

“Indonesia segera mendapati bonus demografi. Jika Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia tidak pada kondisi yang baik, maka bukanlah keuntungan yang didapat dari bonus demografi, melainkan menjadi beban yang besar bagi negara,” katanya.

Sehingga, stunting harus jadi target penyelesaian bagi pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia.

“Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting sebesar 24,4 persen pada 2021,” ucap dia.

Artinya, hampir seperempat balita Indonesia mengalami stunting pada tahun lalu.

Maka Presiden berharap, angka prevalensi balita stunting pada 2022 dapat terus menurun, paling tidak menjadi 21 persen.

“Bukan hal yang mudah, tapi sekali lagi kalau kerja keras seperti saat kita bekerja mengatasi pandemi COVOD-19. Saya yakin ini bisa diselesaikan,” kata Presiden Jokowi.

Datanya ada, hati- hati untuk stunting , 23 persen penyumbang stunting itu adalah masalah bayi yang belum lahir.

Maka, stunting perlu diantisipasi sejak bayi masih di dalam kandungan.

Presiden mengingatkan, kepala daerah supaya bersama OPD maupun stakeholders terkait lainnya menggencarkan terus soal pentingnya gizi bagi ibu hamil.

Selain bayi dalam kandungan, potensi stunting juga rentan pada bayi usia 23 bulan sebanyak 37 persen.

Maka, perlu dihindari pemberian makanan ultraproses seperti biskuit, bubur instan, dan lain sebagainya.

“Hati-hati, ini banyak dilakukan, tapi keliru. Beri yang namanya protein-protein hewani, yang tinggi zat besinya,” ujar Jokowi.

Semua juga tahu, tapi saya mengulang saja, (misalnya) hati ayam, telur, teri nasi, ini kita harus mengerti.

“Kalau tidak bagaimana kita mau mengintervensi. Sekali lagi, makanan alami itu akan semakin baik,” ujarnya.

Presiden Jokowi mendorong kepala daerah supaya terus mengingatkan kepada puskesmas, posyandu di daerahnya agar aktif membantu calon ibu dan ibu yang memiliki balita.

Diantaranya mengingatkan mengenai anemia, hingga pentingnya ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama enam bulan.

Selain itu, Presiden mengingatkan pula yang tak kalah penting, yakni memonitor perkembangan ibu dan balita dengan bantuan teknologi.

“Karena setiap ibu harus diintervensi dengan cara berbeda. Platform teknologi informasi penting untuk memonitor mereka,” ujarnya.***