KAPOL.ID-
Sejak belum lahirnya Negara Republik Indonesia (NKRI), pelaku seni buhun Terebang di Tasikmalaya selatan (Tasela) cukup banyak.
Saat itu pelaku seni terebang juga ditampilkan berbagai ilmu pencak silat dan ilmu kanuragan (kedijayaan).
Tak heran nama seni Terebang, namanya tidak hanya satu, ada Bangca (Terbang Penca), Bangpret (Terbang Terompet).
Lalu Terbang Sejak, Terbang Sered, (Terbang Gembrung) Terbang Gebes (Terbang Solawatan/Eok), dan banyak lagi yang lainnya.
Setidaknya itu yang diakui, salah satu pelaku seni Terbang Penca (Bangca), Ki Ori (80).
Warga Kp. Cikatulampa, Desa Padawaras Kec. Cipatujah, Kab. Tasikmalaya hingga kini masih ‘jumeneng’.
Ditemui Kapol.id, di rumahnya. Ia masih lancar mengobrol dan mengingatnya, saat memimpin seni terbang seja.
Ki Ori lebih suka menyebutnya terbang seja yang didalamnya ada penca (Bangca).
Hanya saja kata Ori, terbang seja yang ia pimpin ada yang khas yang disebut “Tepak Daner”.
“Tepak Daner lahir dari Terebang Seja Cikatulampa. Ya semacam di dalam jurus silat mah ada tepak dua, tepak tilu, tepak opat.”
“Nah dalam bangca Cikatulampa mah ada Tepak Daner,” jelas Ori.
Dia menambahkan dalam seni terebang, tak hanya mengajarkan pencak (silat), tapi diajarkan pula ilmu kanuragan.
Seperti berjalan diatas air (napak sancang) yang deras (sungai) dan ilmu kanuragan lainnya.
“Barudak ayeuna mah jigana moal sanggup, berat syarat jeung dina latihanana moal kuat,” jelas Ori.
Terbang seja atau Bangca dengan Tepak Danernya, sambung Ori, jumlah anggota dari dulu hingga sekarang ada 10 dengan 6 alat seni terbang.
Hanya saja tersisa 5, sisanya rusak di bagian kulitnya. Dan orang yang seangkatan masih hidup yang masih ada Mi’i dan Ajid.
Untuk melestarikan Terbang Penca, kini dibantu menantunya Sohib.
“Alhamdulillah hingga sekarang Bangca masih ada, tetap bertahan, mendapat dukungan dari Kuwu Padawaras, diteruskan oleh teman dan keluarga.”
“Dari orangtuanya Terbang seja yang ia pimpin asalnya dari Cikawung Desa Cikuya, Kec. Culamega,” tuturnya.
Bahkan untuk melestarikan Bangca pungkas Ori, oleh Kades Padawaras dibelikan seragam dan pengeras suara.
Seiring dengan waktu seni terebang dari Cikatulampa, sekarang warga lebih suka menyebut seni terbang Daner.
“Disebut Daner mah ayeuna-ayeuna,” pungkas Ori sambil tersenyum.
Kades Padawaras Yayan Siswandi menjelaskan Tepak Daner, terbang seja pimpinan Ki Ori harus diselamatkan dan dilestarikan, karena merupakan warisan yang tidak bisa dinilai dengan uang.
“Agar tetap bisa lestari Tepak Daner terebang sejak Cikatulampa, kini terus melakukan latihan dan kita bantu kebutuhan alat seninya.”
“Kita upayakan bisa tampil dalam acara-acara besar, seperti di Gebu Singaparna, jika perlu dibawa ke hotel berbintang,” jelas Yayan.***