Warga Tolak Bayar PBB, Gara-gara Monyet

KAPOL.ID — Populasi monyet di Gunung Tawilis makin hari terlihat makin banyak. Bahkan sudah terbilang sangat mengkhawatirkan, karena sering masuk ke area pesawahan dan perkebunan milik warga. Padahal jarak antara hutan Gunung Tawilis dengan area pesawahan dan perkebunan warga lebih dari dua kilometer.

Turunnya monyet dari dalam hutan Gunung Tawilis tersebut, kemungkinan karena sumber makanannya sudah habis. Moyet turun gunung untuk mencari makanan.

“Sekali datang itu bukan hanya satu atau dua ekor, tapi lebih dari dua puluh ekor, dari mulai yang kecil sampai seukuran anak SD. Kalau digebahkeun, bukannya kabur, tapi malah balik mengejar,” kata Hamidin, warga kampung Cibodas.

Keberadaan monyet yang berasal dari Gunung Tawilis tersebut sudah bertahun-tahun menjadi permasalahan yang cukup serius bagi masyarakat Desa Tanjungsari. Warga yang tinggal tak jauh dari lokasi hutan Gunung Tawilis itu sudah tak bisa lagi menanam padi atau palawija seperti sayur mayur.

“Sudah hampir sepuluh warga sudah tak ada yang menanam padi atau palawija seperti sayur-sayuran. Jangankan sudah berbuah, baru tanam saja sudah dijamah monyet,” kata Atep.

Padahal, sebelumnya, area pegunungam di sekitar Gunung Tawilis merupakan area pertanian yang sangat subur. Ketika panen, baik padi mupun berbagi jenis tanaman sayuran, hasilnya selalu berlimpah.

“Sebenarnya masyarakat yang biasa bertani di sekitar itu hidupnya sangat sejahtera. Tapi setelah monyet-monyet itu turun dari gunung, hancur semua,” tambah Atep.

Kondisi tersebut kata Atep menjadi hal yang sangat menyiksa bagi warga. Di satu sisi memburu apalagi membunuh monyet-monyet melanggar aturan, tapi di sisi lain membiarkannya malah semakin menjadi-jadi. Dampak yang paling terasa adalah menurunnya jumlah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

“Tiap tahun kami bayar PBB nombok, karena kalau kami tagih ke masyarakat, malah bilang mau bayar PBB bagaimana?” tandas Atep.