BIROKRASI

1,5 Ton Sampah Organik di Kota Tasik Dimakan Maggot, Dihargai Rp 6.000 Per Kilogram

×

1,5 Ton Sampah Organik di Kota Tasik Dimakan Maggot, Dihargai Rp 6.000 Per Kilogram

Sebarkan artikel ini
Pj. Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah menyerahkan maggot yang dibeli dari Bank Sampah Tunas Mulia Ciherang Cibeureum Kota Tasikmalaya, Kamis (12/1/2023).*

KAPOL.ID –
Upaya Pemkot Tasikmalaya mengurangi volume sampah ke TPA Ciangir mulai membuahkan hasil.

Dari panen raya dari budidaya maggot berlangsung di Bank Sampah Tunas Mulia Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, Kamis (12/1/2023).

Tak tanggung-tanggung 1,5 ton sampah organik berhasil diolah menjadi makanan maggot.

“Maggotnya ini dijual dan dihargai Rp 6 ribu per kilogramnya. Langsung dibeli oleh Koperasi Kodim 0612 Tasik.”

“Ini awal yang baik, dan menjadi bukti bahwa kalau kita bergerak bersama-sama pasti bisa,” ucap Penjabat Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah.

Selain dapat mengurangi sampah organik, budidaya maggot ini juga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Bahkan masyarakat sekitar saat ini kesulitan mencari sampah organik di lingkungannya.

“Ini baru 50 titik, kita berencana menambah 100 titik di wilayah sini. Datanya sudah ada.”

“Jangan khawatir di TPS Mayasari dan Dadaha nanti disiapkan sampah organiknya yang sudah terpilah untuk pakan maggot,” katanya.

Kasdim 0612 Tasikmalaya Mayor Infanteri Deni Zaenal Mutaqin mengatakan, koperasi Kodim siap menampung maggot sesuai spesifikasi dengan harga Rp 6 ribu per kilogramnya.

“Nantinya kita akan keringkan agar lebih awet. Maggot kering ini untuk campuran pakan ikan hias, konsumsi ataupun ternak lainnya.”

“Karena kandungan proteinnya tinggi dan cepat untuk pertumbuhan budidaya,” ucapnya.

Perwakilan dari Biomagg, Amin mengatakan, cara budidaya maggot relatif mudah. Lalu dalam 10-15 hari dapat dipanen dan menghasilkan pendapatan.

“Kita juga diminta pak Pj untuk melakukan pendampingan agar masyarakat bisa mengolah dan membudidayakan sampah dengan baik.”

“Awalnya sampah organik tak memiliki nilai ekonomi. Sekarang dengan teknologi persoalan lingkungan tersebut setidaknya dapat teratasi,” ucapnya.***