KAPOL.ID – SMK Bakti Karya Parigi (SBK) di Pangandaran, merupakan sekolah menengah kejuruan yang tergolong unik dan menarik. Tidak seperti sekolah menengah kejuruan pada umumnya, selain menjalankan kurikulum sekolah kejuruan, sekolah ini juga menjalankan apa yang dinamakan sebagai Kelas Multikultural.
SBK dikenal sebagai sekolah multikultural karena siswa-siswa dari sekolah ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
Hal inilah yang menarik tim LabSosio, FISIP, Universitas Indonesia Klaster Riset Pendidikan dan Transformasi Sosial untuk meneliti dan mendampingi SBK melalui pengabdian masyarakat dengan judul kegiatan “Workshop Peningkatan Kapasitas Guru untuk Pembelajaran Kritis dan Pendidikan Multikultural”.
Kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan sekolah ini diikuti oleh guru SBK sebagai peserta dengan melibatkan dosen, peneliti dan mahasiswa sebagai fasilitator.
Menurut ketua tim Dr. Lucia Ratih Kusumadewi yang juga anggota komite bidang SDM SBK, di balik penyelenggaraan Kelas Multikultural ini terdapat sejumlah tantangan yang merintangi perjalanan SBK.
“Tantangan yang ada antara lain terkait masih perlu diperkuatnya kualitas pendidikan melalui penguatan kapasitas para guru dalam hal mengembangkan metode pembelajaran yang sejalan dengan konsep pendidikan multikultural yang diusung oleh sekolah ini,” ungkap Lucia.
“Selain itu juga perlunya pendampingan belajar untuk para siswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Tantangan lainnya misalnya terkait dengan pengelolaan sekolah, penggalangan sumber-sumber daya untuk pembiayaan dan masih minimnya sarana dan prasarana sekolah,” tambahnya.
Dr. Lucia juga menyoroti masalah eksternal lainnya seperti masih kurangnya dukungan masyarakat terhadap sekolah ini karena cara-cara berpikir konservatif yang ada di masyarakat yang cenderung menolak pendidikan multikultural.
Workshop yang diselenggarakan selama 2 hari pada 14-15 Oktober 2022 terdiri dari 4
sesi dan setiap sesi berjalan selama 3 jam dengan susunan jadwal dan materi sesuai
modul yang telah disusun.
Workshop juga melibatkan para siswa di sekolah sebagai laboratorium hidup sebagai bagian dari praktik latihan pembelajaran kritis untuk para guru.
Selain itu para siswa akan bekerjasama
dengan 2 mahasiswa pengabdi pembuatan video campagne tentang sekolah multikultural. Pembuatan video diawali dengan diskusi brain storming ide kampanye video, penulisan script dan perencanaan design video, pengambilan gambar dan editing video sampai tahap akhir yang dilakukan bersama para siswa.
Menurut Kepala Sekolah Athif Roihan Natsir, S.IP pihaknya sangat senang terkait kegiatan yang diselenggarakan. Apalagi ini melibatkan senior yang berpengalaman terkait pendidikan.
“Kehadiran Ibu Lucia Ratih Kusumadewi, Pak Jimmy Ph. Paat , Pak Bambang Wisudo dan anggota tim lainnya telah membawakan pemahaman baru terkait pedagogi kritis, literasi kritis dan pendidikan multikultural. Kami juga telah menyusun rencana lanjutan agar proses transformasi pendidikan di SBK berjalan lebih mulus,” tutur Athif saat dihubungi Kapol.id pada Sabtu (15/10).
Athif juga berharap, pemahaman baru terkait materi yang dibahas pada workshop ini bisa menguatkan identitas sekolah terutama dalam menghadapi berbagai tantangan.