KAPOL.ID – Pegiat lingkungan asal kab. Bandung Jawa Barat, Rendi Rohman mengajak seluruh masyarakat agar tidak termakan isu-isu hoaks terlebih saat Pilkada mendatang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran berita bohong atau hoaks menjelang Pilkada akan selalu ada, hanya saja seberapa masifnya penyebaran tersebut yang belum bisa dipastikan.
Keresahan atas berita-berita hoaks menjelang Pilkada yang kerap muncul menjadikan satu alasan Rendi untuk mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menanggapi segala informasi yang didapat, terlebih informasi di media sosial yang belum jelas kebenarannya.
Bukan hanya kepada masyarakat, ia juga menegaskan agar pemerintah juga masif melakukan sosialisasi di kalangan masyarakat menengah ke bawah terkait bahaya hoaks ini.
“Kita tahu bahaya hoaks ini di kalangan masyarakat seperti apa, terlebih di kalangan masyarakat menengah ke bawah, kebanyakan mereka menelan mentah-mentah informasi yang didapat, ” jelas Rendi Rohman yang aktif dalam kegiatan lingkungan di bidang edukasi sampah ini, Rabu 26 Juni 2024.
Rendi menilai, masyarakat di lapangan khsususnya di daerah perkampungan tak sempat mengkroscek info di media sosial.
“Masyarakat di desa misalnya, boro-boro crosscek, yang ada juga langsung di share lagi di group-group pesan singkat, nah ini yang harus disosialisasikan secara masif bahwa masyarakat harus belajar dan lebih bijak menanggapi hal itu, ” paparnya.
Ia menambahkan, bahwa pemerintah juga harus hadir hingga ke kalangan masyarakat bawah terkait sosialisasi bahaya, atau ancaman hukuman jika menyebarluaskan berita bohong terlebih di media sosial.
“Masyarakat perlu pemahaman yang lebih, disinilah peran pemerintah yang harus hadir untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dampak dari berita bohong dan ancaman hukuman yang mengintai bagi mereka yang menyebarluaskan hal tersebut, karena selama ini masyarakat menengah ke bawah belum tahu akan hal itu, itulah realitanya, ” jelasnya.
Pria 34 tahun itu berharap, dengan masifnya sosialisasi bahaya hoaks, bisa menekan perselisihan di masyarakat pada saat pilkada nanti, sehingga masyarakat bisa menentukan pilihannya dengan tenang, aman dan damai dan dapat melahirkan pemimpin-pemimpim daerah yang kompeten.
“Kalau hoaks itu bisa mengadu domba, bisa lahir kekisruhan. Nah ini yang harus diantisipasi, kalau masyarakatnya sudah bisa memilah informasi, artinya perselisihan akan semakin menurun, pesta demokrasinya bisa berjalan aman, damai dan lancar, alhasil pemimpinnya yang dihasilkan dari pesta demokrasi yang damai yakni pemimpin yang berkualitas, bukan pemimpin yang berasal dari penggiringan opini yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, ” pungkasnya.***