GARUT, (KAPOL).- Kesedihan dialami Suwandi (40) dan Sugiatmi (37). Pasangan suami isteri warga Kampung Ciawitali, RT 3/15, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul ini baru saja ditinggalkan anak bungsunya untuk selamanya.
Anak bungsu mereka, Ayudia Zahrani (2), meninggal Minggu (20/10/2019) sekitar pukul 08.00 WIB saat dalam perawatan di Klinik Baiturahman.
Ayudia dibwa ke klinik tersebut karena sebelumnya suhu tubuhnya panas bahkan sempat kejang-kejang.
Pihak keluarga menduga, sakit yang kemudian menyebabkan kematian Ayudia itu ada hubungannya dengan imunisasi Measles and Rubela (MR) yang sebelumnya dijalaninya.
Namun demikian pihak keluarga tak mau menyalahkan imunisasi sebagai penyebab dari kematiannya.
“Sebelumnya anak bungsu saya itu memang sempat menjalani imunisasi MR di Puskesmas Haurpanggung. Namun kamipun tidak bermaksud menuding imunisasi sebagai penyebab kematiannya hanya saja kami ingin tahu penyebab sebenarnya apa?,” ujar ibu kandung Ayudia, Sugiatmi saat ditemui di rumahnya, Senin (21.10/2019).
Dikatakannya, Ayudia menjalani imunisasi MR di Puskesmas Haurpanggung pada Selasa (15/10/2019).
Sebelum menjalani imunisasi, kondisi Ayudia masih terlihat sehat dan ceria sebagaimana biasanya.
Namun tiga hari setelah imunisasi tuturnya, kondisi kesehatan Ayudia mulai menurun.
Ia terlihat tak ceria seperti biasanya tapi terlihat lemas dan tak bergairah sehingga ketika diajak menjemput kakaknya pun ia menolak.
“Tiap hari biasanya ia tak mau ketinggalan ikut saya menjemput kakaknya dari sekolah dan setiap kali diajak ia begitu ceria. Namun pada hari Jumat dan Sabtu lalu, ia terlihat sangat lemas dan ngantuk terus dan ga mau diajak menjemput kakaknya,” katanya.
Sugitami menyebutkan, pada Sabtu (19/10/2019), Ayudia mulai dilanda demam dan dirinya telah memberinya obat penurun panas.
Namun hingga Sabtu malam, panasnya tak kunjung turun sehingga membuat dirinya khawatir.
Kekhwatiran dirinya tambah Sugiatmi kian menjadi-jadi manakala pada Minggu dinihari anaknya tersebut mengalami kejang-kejang.
Maka tanpa pikir panjang lagi, anaknya itu langsung dibawa ke Klinik Baiturahman yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya.
“Saat anak saya kejang-kejang, saya dan suami tambah panik sehingga kami langsung membawanya ke Klinik Baiturahman. Sesampainya di klinik, petugas langsung membawanya ke IGD serta menginfus serta memberi oksigen,” ucap ibu empat anak ini.
Setelah mendapatkan perawatan tuturnya, panas yang dialami anaknya itu sempat turun. Namun anaknya juga sempat dua kali muntah selama dalam perawatan.
Selain itu Sugiatmi juga menerangkan jika anaknya sempat kesulitan bernapas meskipun saat itu sudah dioksigen.
Sesuai saran dari petugas medis, pihak keluarga pun memutuskan untuk dilakukan uji laboratorium terhadap Ayudia, akan tetapi sayangnya layanan uji laboratorium baru akan buka pukul 08.00 WIB.
“Kami belum sempat lakukan uji laboratorium karena tepat pukul 08.00 WIB, anak saya meninggal. Saat itu kami melihat ada memar di kaki dan lehernya,” katanya.
Menurutnya, saat anaknya meninggal, dirinya sama sekali tak kepikiran kalau itu akibat dari imunisasi yang sebelumnya dijalaninya.
Namun kemudian ia dan suaminya punya keinginan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari kematian sang anak mengingat sebelum diimunisasi kondisinya baik-baik saja.
Sugiatmi juga menuturkan, sejak bayi Ayudia rutin mengikuti imunisasi di Puskesmas Haurpanggung.
Selama ini diakuinya tak pernah ada keluhan apapun sehingga saat itu sama sekali tak punya pikiran kalau kematian anaknya gara-gara imunisasi.
Menyikapi hal itu, Kasi Surveilans dan Imunisasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surahman, menyatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab dari kematian Ayudia apakah ada kaitannya dengan imunisasi atau tidak.
Pihaknya telah melakukan langkah-langkah untuk menelusri kejadian ini, salah satunya mengumpulkan data sejak imunisasi hingga kematian Ayudia.
“Untuk investigasi apakah ini ada kaitannya dengan imunisasi atau tidak, ada yang lebih berwenang yakni Pokja Komisi Penanggulangan Pascaimunisasi. Pokja itu ada di tingkat kabupaten maupun provinsi,” kata Asep.
Sementara itu dokter yang menangani Ayudia di Klinik Baiturahman, Andi Hermansyah, menyatakan pihaknya langsung menangani kejang yang dialami Ayudia. Untuk penyebab kematian, Andi mengaku belum mengetahuinya.
“Saat datang ke klinik, kondisinya memang sudah membiru dan kurang cairan akibat dehidrasi yang dialaminya. Ibunya pun sempat mengatakan jika anaknya ini terus minta minum sejak masih belum dirawat,” ujar Andi.
Lebih jauh Andi menerangkan, pihaknya sudah melakukan penanganan optimal terhadap pasien di antaranya dengan memberinya infus dan juga oksigen.
Pihaknya pun belum bisa menastikan penyakit yang diderita Ayudia karena saata itu memang tak keburu melakukan uji laboratorium. (KAPOL)***
Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment
Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv
Portal Web : https://kapol.tv/
Portal Berita : https://kapol.id/
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Twiter : https://twitter.com/kapoltv
Instagram : https://www.instagram.com/kapol_id