KAPOL.ID –
Penambahan satu orang terkonfirmasi positif di Kota Tasikmalaya bukanlah kasus baru. Pasien sudah lama mendapatkan perawatan dan hasil laboratorium swab baru keluar.
“RDT-nya positif, hasil swab-nya baru keluar makanya nambah satu yang positif. Protokol pencatatan datanya seperti itu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr. Uus Supangat, Senin (5/5/2020).
Hasil analisa laboratorium Swab pasien dalam pengawasan tersebut baru keluar sesudah 10 hari pengambilan sampel. Sebab mengantri di laboratorium sehingga membutuhkan waktu.
“Lamanya menunggu hasil, dan berada di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu sebenarnya yang membuat pasien cemas. Kita juga ada pasien yang rawat bersama psikiater,” katanya.
Ketika disinggung apakah sudah memasuki fase puncak kasus, Uus mengatakan belum sampai. Saat ini baru menuju fase flat dan penurunan masih membutuhkan waktu.
“Tentunya juga jika tidak ditemukan kasus tertular yang baru. PSBB yang efektif dapat membuat perlambatan penambahan kasus dan mempercepat fase puncak. Setelah itu baru tren turun,” katanya.
Imbas PSBB di kota zona merah, kata dia, juga sangat berpengaruh dalam penemuan kasus di Kota Tasikmalaya. Meskipun pasien ke-30 merupakan kasus bawaan dari klaster baru di Jawa Timur.
“PSBB di Jakarta dan Bandung signifikan mengerem penularan. Karena ini kan penularannya dari orang. Di kita juga sudah teridentifikasi pola penularan dari beberapa klaster dan kota berzona merah.”
“Kalau prediksi di pusat, titik puncak bakal terjadi pada tujuh hari sebelum hari raya. Ya lebih cepat semuanya pulih lebih baik,” ujar Uus berharap. ***