KAPOL.ID –
Warga Tasikmalaya dihebohkan dengan penjemputan paksa pasien covid-19 di wilayah Kelurahan Empang Sari Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, Jumat (15/5/2020).
Cekcok dan perdebatan mewarnai antara pasien dengan tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Kota Tasikmalaya.
Perdebatan tersebut karena hasil laboratorium terhadap AA membingungkan. Setelah dinyatakan dua kali negatif melalui tes PCR, tiba-tiba datang surat yang menyatakan positif covid-19 dengan jeda waktu jauh berbeda.
“Jujur saya binggung, tanggal 17 April saya dinyatakan sehat oleh dinas kesehatan setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
“Dasarnya surat sehat itu dua kali PCR negatif. Lalu tanggal 20 April muncul hasil PCR saya positif,” kata perwakilan keluarga AA dalam pesan yang diterima KAPOL.ID, jelang Sabtu (16/5/2020) dinihari.
AA baru mengetahui positif itu karena petugas berhazmat datang memberitahukan pada 12 Mei malam dan meminta ikut ke rumah sakit.
“Kalau saya positif, kenapa tidak diberi tahu dari bulan April. Otomatis saya menolak karena saya sudah dinyatakan sehat, akhirnya mereka pulang,” katanya.
Keesokan harinya, ia bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Singkat cerita mendapatkan izin isolasi mandiri dan melakukan swab mandiri dengan biaya sendiri.
“Kamis sore harinya saya melakukan SWAB test/ PCR secara mandiri di lab kimia farma, dan setelah itu saya tetap melakukan isolasi di rumah,” ucap Aa.
Lalu Jumat 15 Mei kemarin, rumahnya kembali didatangi petugas kesehatan hingga aparat keamanan yang memaksa untuk ke rumah sakit.
Yang sangat disayangkan, kata dia, perlakuan seperti penjahat tanpa ada mediasi. Padahal sangat kooperatif sewaktu isolasi selama perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri di rumah.
“Karena terkejut, saya coba usir mereka tapi tidak bisa, karena jumlahnya banyak dan semakin lama semakin banyak,” katanya.
“Jangan jemput paksa, saya merasa seperti penjahat saja. Ini virus, bukan aib. Siapa aja bisa kena. Jangan kucilkan kami,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr. Uus Supangat penjemputan paksa setelah ada laporan dari masyarakat pasien tidak disiplin melakukan isolasi mandiri.
“Penjemputan itu untuk kebaikan pasien dan lingkungan sekitar. Kita mendapatkan surat permintaan dari warga untuk segera isolasi khusus yang bersangkutan,” katanya.
Yang tertular dari klaster Lembang, kata dia, karakternya sangat berbeda. Di Bandung juga masa rawatnya lama, begitupula status positifnya.
“Di kita yang dirawat kebanyakan dari klaster Lembang. Termasuk kasus baru yang kemaren pembantunya yang tertular positif juga. Padahal sudah lama eh jadi positif pas di PCR,” katanya.
Terkait hasil lab 20 April, ia mengatakan akan mengecek dahulu di kantor siang ini. Sementara Swab mandiri pasien di laboratorium umum keluar selasa depan. ***