KANAL

AMSI Jabar Kembali Gelar Pelatihan Cek Fakta, Hindari Menguatnya Mis-informasi Jelang Pilkada

×

AMSI Jabar Kembali Gelar Pelatihan Cek Fakta, Hindari Menguatnya Mis-informasi Jelang Pilkada

Sebarkan artikel ini
AMSI Jabar menggelar pelatihan cek fakta kepada perwakilan media, jurnalis, pemeriksa fakta dan CSO pada Sabtu (02/11/2024). *

KAPOL.ID — Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Barat (Jabar) kembali mengadakan pelatihan cek fakta kepada perwakilan media, jurnalis, pemeriksa fakta dan CSO pada Sabtu (02/11/2024).

Kegiatan yang digelar di Ibis Budget Bandung Jalan Asia Afrika No.128, Paledang, Kecamatan.

Lengkong, Kota Bandung, diikuti oleh 25 orang. Tema dari pelatihan ini adalah Model dan Alat Verifikasi untuk Melawan Berita Bohong. Diharapkan pelatihan ini dapat memperkuat koalisi Cek Fakta di wilayah Jawa Barat sehingga media media, jurnalis, pemeriksa fakta dan CSO yang tergabung di dalam koalisi dapat bekerjasama dalam melawan berita palsu menjelang pilkada 2024

Diketahui, Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara AMSI, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), serta didukung oleh Google News Initiative bertujuan untuk menyediakan sarana bagi kalangan jurnalis untuk memahami materi mis- disinformasi pilkada, mendorong jurnalis dan pemeriksa fakta membuat konten terkait mis- disinformasi pilkada di komunitas mereka dan menyebarkan materi training ini kepada jurnalis dan komunitas agar dapat disebarluaskan untuk menghadapi pilkada 2024.

Pelatihan ini, menghadirkan dua  trainer berpengalaman, Adi Marsiela dan Catur Ratna Wulandari dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ketua AMSI Jabar Satrya Graha melalui Bendahara Amsi Jabar Budi Mulyadi mengatakan, pelatihan ini merupakan dari tindak lanjut kegiatan training sebelumnya yang sudah digelar AMSI Jabar kepada Media dan Pemeriksa Fakta.

Menurut budi, konten-konten Hoax sangat meresahkan dan membahayakan ketika tidak diluruskan oleh media dan pemeriksa fakta, apalagi ketika musim pilkada berlangsung saat ini konten-konten hoax sering muncul. Menurutnya, bahwa salah satu ancaman utama yang dihadapi selama masa Pilkada adalah penyebaran informasi yang salah, baik dalam bentuk mis informasi maupun disinformasi.

Budi menekankan bahwa informasi yang tidak valid dapat merusak integritas Pilkada dan membahayakan masa depan demokrasi di Indonesia. Pentingnya peran media sebagai garda terdepan dalam menjaga keabsahan informasi selama masa Pilkada. Dengan literasi digital yang lebih baik dan pemahaman mendalam tentang modus operandi misinformasi, diharapkan jurnalis dapat lebih efektif dalam memerangi informasi palsu yang beredar di masyarakat.

Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya akan diajak untuk memahami ancaman mis informasi, tetapi juga dibekali keterampilan teknis untuk mengidentifikasi dan memverifikasi informasi.

Adi Marsiela dan Catur Ratna Wulandari  yang merupakan trainer dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bagaimana para peserta bisa menghindari berita bohong yang cenderung menguat misinformasi dan disinformasi. Adi juga meminta kepada peserta untuk bisa menyelidiki asal usul berita teks, video dan sumber yang menjadi berita di media sosial.

“Cek fakta yang paling mudah adalah Googling, kemudian harus disiplin verifikasi-verifikasi konten sebelum meneruskan pesan kepada yang lain,”terangnya.

Adi juga menjelaskan hoax akan cepat menyebar ketika orang tidak menyaring sebelum menyebarkan kembali kepada orang lain, kemudian kemungkinan orang tersebut tidak bisa melakukan verifikasi sendiri, selain itu juga hoax bisa cepat menyebar karena banyak tidak tahu tata cara verifikasi konten, ditambah lagi dengan literasi yang lemah dan enggan untuk kritis terhadap sebuah konten.

“Kalau jurnalisnya lemah verifikasi, maka hoax akan cepat menyebar, Ada tujuh alasan orang mudah percaya hoax, pertama tidak mencermati sumber informasi, tidak suka membaca isi konten Hanna baca judul saja, Malas, Emosi mengalahkan rasionalitas, tekanan sosial, konfirmasi bias dan pengulangan,”jelasnya.

Sementara, untuk cari-ciri konten hoax salah satunya mencuri konten dari situs lain, akun palsu pake foto orang lain, Foto diberi narasi berbeda, Video ditambahkan narasi berbeda dan mengubah judul foto.

Adi dan Ratna juga menyampaikan 5 pilar verifikasi, pertama jurnalis atau pemeriksa fakta harus tahu asal usul artınca harus tahu dimana konten itu berasal, kemudian cari sumber siapa yang mengirimkan data pertama, Kapan tanggal konten itu dibuat, lokasi dimana konten itu dibuat dan motivasi apa konten itu dibuat hinna menyebar di masyarakat.

“Intinya jangan langsung percaya, dengan hanya baca dan melihat videonya saja tapi harus melakukan banyak verifikasi. Dengan pemahaman yang mendalam dan keterampilan cek fakta yang mumpuni, jurnalis dapat memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa informasi yang sampai ke masyarakat adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya,” tegasnya. ***