KABAR POLISI

Bocah 13 Tahun Jadi Ajudan Kapolres Tasikmalaya saat Apel Pagi

×

Bocah 13 Tahun Jadi Ajudan Kapolres Tasikmalaya saat Apel Pagi

Sebarkan artikel ini
Polres Tasikmalaya mengangkat Arul sebagai anak asuh. Pada apel pagi Senin (28/6/2021), Arus mendapat kehormatan menjadi ajudan Kapolres Tasikmalaya.

KAPOL.ID–Bocah berusia 13 tahun mendampingi Kapolres Tasikmalaya, AKBP Rimsyahtono, saat apel pagi, Senin (28/6/2021). Tentu bocah itu bukan anggota kepolisian terpilih, yang biasanya menjadi ajudan Kapolres.

Namanya Arul Miftahul Huda. Selama empat bulan terakhir dirinya tinggal di ruang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tasikmalaya. Bahkan kini ia mengaku betah tinggal di sana. Kapolres lantas mengangkat warga Kampung Pasir Ginding, Desa Margalaksana, Kecamatan Salawu; itu sebagai anak asuh.

“Kita mengangkat Arul sebagai anak asuh setelah melihat kesungguhan dan keinginan keras dirinya selama empat bulan ini. Karena secara psikologis dirinya belum siap kembali ke masyarakat,” terang Rimsyahtono.

Arul tinggal di ruang Satreskrim Polres Tasikmalaya bukan tanpa sebab. Dirinya sempat dituduh terlibat kasus pencurian pada Februari 2021. Proses hukum mengharuskan melakukan restorasi justice dan diselesaikan secara kekeluargaan.

Meski perkaranya tidak berlanjut, Arul yang belum bisa kembali ke lingkungan tempat tinggalnya malah betah tinggal di Mapolres Tasikmalaya. Polres pun sepakat untuk membina dan menyekolahkannya.

Baca juga: Kenakalan Menyebabkan Arul Tertolak dari Masyarakat

“Pada tahun ini pun, Arul bakal masuk SMP. Kita siap menanggung segala kebutuhan pendidikannya hingga lulus. Bahkan yang membuat kita bangga, saat ditanya ternyata cita-citanya ingin menjadi seorang polisi,” lanjut Rimsyah.

Adapun keputusan Polres Tasikmalaya mengambil alih hak asuh Arul, kata Rimsyah, tidak terlepas dari tugas pokok kepolisian sebagai pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat.

Arul sendiri mengaku merasa nyaman dan aman tinggal di kantor polisi. Beda halnya dengan saat tinggal di kampungnya. Karena lingkungan tempat tinggalnya selalu menaruh curiga dan kerap menuduhnya sebagai pelaku pencurian.

“Lebih betah di sini (kantor polisi, Red.). Orangnya pada baik. Katanya saya mau disekolahkan. Kalau saya siap saja bahkan senang ada yang peduli membantu. Perlakuan Pak Polisi luar biasa. Sering ngasih uang jajan juga dan beras,” ujarnya.

Anak kedua dari tujuh bersaudara itu memang berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya berprofesi sebagai kuli bangunan. Sementara pendidikan Arul baru sampai lulus kelas 6 SD.