KAPOL.ID – Sebanyak 2.204 petani muda mengikuti peluncuran program Petani Milenial Juara secara daring dan luring, Jumat (26/3/2021). Lokasi peluncuran dilaksanakan di tengah lahan pertanian Desa Suntenjaya, Lembang, Kab Bandung Barat, dihadiri Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Ribuan petani milenial itu nantinya akan memilih jenis pertanian yang diminatinya , termasuk bidang perikanan dan peternakan. Misalnya saja salah satu petani milenial yang lolos dalam program ini, Brainy Brilliant, yang tertarik untuk beternak burung puyuh.
“Saya ingin mengembangkan peternakan puyuh, sebab sudah hapal dengan peternakan burung puyuh ini,” jelasnya ditemui di sela peluncuran.
Brainy mengakui sudah beberapa tahun ini bersama rekan-rekannya dalam sebuah kelompok tani di Desa Cikembar Kabupaten Sukabumi, membudidayakan burung puyuh. Sebanyak 2.000 ekor burung puyuh kini berhasil diternakkan.
Dari peternakan burung puyuh itu, Brainy mengaku bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp300 ribu rupiah per hari, hanya dari jualan telur puyuh saja.
Ia kemudian berkeinginan untuk mengembangkan peternakan puyuh lebih luas lagi. Namun karena keterbatasan modal pribadi dan anggota dari kelompok tani, rencana itu masih belum dimulai.
Kabar bersambut saat ia mendapatkan informasi dari grup whatsapp tentang program Petani Milenial Juara dari Pemda Provinsi Jawa Barat.
“Saya tertarik lalu membuka website dan baca-baca. Ternyata sangat sesuai dengan passion saya. Saya kan sudah jalan dengan peternakan puyuh, jadinya langsung daftar,” ujar anak muda berusia 22 tahun ini.
Ia kemudian mendaftarkan diri dengan mengisi google form yang disediakan. Kemudian mengikuti seleksi hingga pada tahap wawancara.
“Saat wawancara saya jawab santai saja, yang saya tahu saja, kebetulan kan memang sudah terjun di peternakan,” tuturnya.
Ia mengaku tertarik dengan petani milenial karena merasa prihatin dengan semakin berkurangnya anak muda yang terjun dalam bidang pertanian dan peternakan. Apalagi, menurutnya, kini akan ada dukungan dari Pemda Provinsi Jabar agar milenial sukses dalam bertani.
“Jika ada bantuan, saya ingin menambah bibit puyuh agar tentunya menambah penghasilan. Kalau 2.000 ekor, butuh bantuan sekitar Rp50 juta. Jika dihitung, seribu ekor puyuh mampu memberikan penghasilan Rp2 juta per bulan, jadi tinggal dikalikan saja,” tuturnya.
Brainy melihat pada masa pandemi COVID-19, ternyata sektor usaha yang berkaitan dengan makanan dapat bertahan dengan baik. Sehingga ia sangat yakin dengan usaha peternakan puyuh ini.
Mendatang, selain hanya menjual telur mentah, saat ini sudah mulai ada upaya untuk menambah nilai produk yang dihasilkannya. Yakni, membuat telur asin puyuh, mengemas daging puyuh matang dalam kaleng dan lainnya.
“Olahan hasil puyuh sudah disiapkan agar ada nilai tambahnya. Burung puyuh yang sudah tidak bertelur atau afkiran masih ekonomis dengan memanfaatkan olahan dagingnya,” tutup Brainy. ***