OPINI

Generasi Milenial dan Gen Z, Kekuatan Baru Membangun Masa Depan Politik Indonesia

×

Generasi Milenial dan Gen Z, Kekuatan Baru Membangun Masa Depan Politik Indonesia

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072

Oleh Septi Eka Fitriani
Mahasiswa Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Generasi milenial dan Gen Z kini muncul sebagai kekuatan baru dalam membentuk masa depan politik Indonesia. Kedua kelompok ini memiliki ciri khas yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Terutama dalam pendekatan mereka terhadap partisipasi politik. Kehadiran mereka membawa dinamika baru yang menyegarkan lanskap politik nasional, yang sering dianggap monoton dan terjebak dalam pola lama.

Generasi milenial, lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Tumbuh di masa transisi politik pasca-Reformasi, menyaksikan perubahan besar dari Orde Baru menuju era demokrasi. Sementara itu, Gen Z, lahir setelah pertengahan 1990-an, berkembang di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi dan globalisasi. Kondisi ini membentuk mereka sebagai generasi yang lebih peka terhadap perubahan dan memiliki pandangan kritis terhadap isu-isu sosial serta politik.

Kedua generasi ini dikenal dengan pandangan mereka yang lebih terbuka, progresif, dan inklusif. Akses yang luas terhadap teknologi informasi memberikan mereka peluang untuk tidak hanya menyerap pengetahuan dengan cepat tetapi juga aktif dalam diskusi politik di ruang digital. Media sosial menjadi alat utama mereka untuk menyuarakan pendapat, menyebarkan informasi, dan menggalang gerakan.

Momentum seperti gerakan #ReformasiDikorupsi pada 2019 menunjukkan bagaimana media digital memungkinkan mereka memobilisasi dukungan dan memberikan tekanan kepada pemerintah. Meski demikian, partisipasi mereka dalam politik sering kali berbeda dari generasi sebelumnya. Jika generasi terdahulu lebih banyak terlibat melalui jalur formal seperti partai politik atau legislatif, milenial dan Gen Z lebih cenderung memilih gerakan sosial berbasis isu yang dirasa lebih fleksibel dan relevan.

Namun, partisipasi ini tidak lepas dari tantangan. Tidak sedikit dari mereka yang merasa apatis terhadap politik formal karena menganggapnya penuh dengan praktik yang tidak transparan, seperti korupsi dan nepotisme. Di sisi lain, politik Indonesia yang masih dikuasai oleh elit lama serta budaya oligarki dan politik uang kerap menjadi hambatan bagi generasi muda untuk masuk ke dalam sistem kekuasaan.

Selain itu, polarisasi politik yang kian tajam, ditambah dengan penyebaran disinformasi dan hoaks, menjadi ancaman serius yang dapat memecah belah generasi muda serta melemahkan kualitas diskusi publik. Untuk menghadapi tantangan ini, milenial dan Gen Z perlu lebih selektif dalam menyerap informasi serta membangun kesadaran kolektif berdasarkan fakta dan data yang valid.

Peluang

Di tengah berbagai kendala tersebut, peluang bagi generasi muda tetap terbuka lebar. Pendidikan politik yang berbasis nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan keberlanjutan harus diperkenalkan secara sistematis. Baik melalui lembaga pendidikan formal maupun inisiatif masyarakat sipil. Pendidikan ini akan membantu mereka memahami kompleksitas sistem politik sekaligus memberikan keterampilan untuk berkontribusi dalam perubahan. Partai politik dan lembaga pemerintah perlu membuka ruang yang lebih inklusif bagi generasi muda. Dengan melibatkan mereka secara aktif dalam pengambilan keputusan, politik Indonesia dapat menjadi lebih segar dan relevan dengan tantangan zaman.

Teknologi digital, yang menjadi kekuatan utama generasi ini, juga harus dimanfaatkan secara optimal. Melalui media sosial dan platform daring lainnya, generasi muda dapat memobilisasi massa, menyuarakan aspirasi. Serta menekan pemerintah untuk bertindak sesuai kebutuhan masyarakat. Namun, langkah ini harus disertai dengan upaya melawan hoaks dan meningkatkan literasi digital, sehingga partisipasi mereka lebih berkualitas.

Milenial dan Gen Z perlu membangun jaringan yang solid, baik di tingkat lokal maupun internasional, untuk memperbesar dampak gerakan mereka. Kolaborasi dengan komunitas dan individu yang memiliki visi serupa akan memungkinkan mereka menghadapi tantangan dengan lebih efektif dan menciptakan solusi yang inovatif.
Selain langkah-langkah tersebut, generasi muda juga perlu memperkuat keberadaan mereka dalam politik formal. Meskipun banyak di antara mereka yang lebih nyaman dengan jalur informal, keterlibatan di struktur politik formal tetap penting untuk menciptakan perubahan yang lebih sistematis dan berkelanjutan. Hal ini membutuhkan keberanian untuk beradaptasi dengan dinamika politik yang kompleks serta kemampuan untuk menavigasi sistem yang sering kali penuh dengan tantangan.

Nilai baru

Dengan menduduki posisi-posisi strategis, milenial dan Gen Z dapat membawa nilai-nilai baru ke dalam sistem politik yang ada, seperti transparansi, keadilan, dan inklusivitas.
Tantangan lain yang perlu diatasi adalah fragmentasi di antara generasi muda itu sendiri. Perbedaan pandangan dan preferensi politik, meskipun wajar, kadang-kadang memunculkan konflik internal yang menghambat upaya kolektif. Dalam menghadapi isu ini, penting bagi generasi muda untuk membangun solidaritas berdasarkan tujuan bersama yang lebih besar daripada perbedaan kecil. Kesadaran bahwa perubahan membutuhkan kerja sama lintas kelompok adalah kunci untuk menghadapi tantangan politik yang kompleks.

Masa depan politik Indonesia sangat bergantung pada keberanian, kreativitas, dan kepedulian generasi muda. Dengan karakteristik mereka yang adaptif, kritis, dan inovatif, milenial dan Gen Z memiliki potensi besar. Untuk menciptakan politik yang lebih adil, inklusif, dan berbasis nilai-nilai demokrasi. Namun, tanggung jawab menciptakan ekosistem politik yang sehat tidak hanya ada di tangan mereka.

Pemerintah, masyarakat sipil, dan seluruh elemen bangsa perlu bekerja sama untuk mendukung keterlibatan generasi muda dalam politik. Jika upaya ini dilakukan secara kolektif, masa depan politik Indonesia berada di tangan generasi yang siap membawa negara menuju kemajuan yang lebih baik dan lebih berkeadilan. Generasi milenial dan Gen Z bukan sekadar pengamat atau pengikut, melainkan penggerak utama perubahan yang dibutuhkan bangsa.***