PENDIDIKAN

Dosen Unsil Laksanakan Pengabdian Masyarakat di Puskesmas Rajawali Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya

×

Dosen Unsil Laksanakan Pengabdian Masyarakat di Puskesmas Rajawali Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya

Sebarkan artikel ini
Puskesmas Rajawali
Tim pengabdian dari Unsil, yang terdiri dari Andri Ulus Rahayu (Ketua), Linda Faridah, Hidayanto, Eka Wahyu Hidayat, dan Andik Setiyono, berinisiatif untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam mengatasi masalah stunting.

KAPOL.ID – Dosen Universitas Siliwangi (Unsil) yang dipimpin oleh Andri Ulus Rahayu melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Puskesmas Rajawali, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya. Kegiatan itu bertajuk “Automasi sistem pengukur berat dan tinggi badan anak berbasis IoT sebagai penunjang pendataan stunting yang lebih akurat di Posyandu Rajawali”.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Posyandu, terutama dalam upaya pencegahan stunting melalui penerapan teknologi berbasis Internet of Things (IoT). Program ini didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsil.

Indonesia menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan, terutama terkait stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, termasuk di daerah Kota Tasikmalaya. Kondisi ini memicu keprihatinan di kalangan akademisi dan praktisi kesehatan, mendorong berbagai inisiatif untuk menemukan solusi yang efektif.

Dalam konteks ini, tim pengabdian dari Unsil, yang terdiri dari Andri Ulus Rahayu (Ketua), Linda Faridah, Hidayanto, Eka Wahyu Hidayat, dan Andik Setiyono, berinisiatif untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam mengatasi masalah stunting. Puskesmas Rajawali dipilih sebagai lokasi kegiatan karena tingginya kebutuhan akan pemantauan kesehatan anak yang lebih akurat dan berkelanjutan. Dengan menggunakan teknologi berbasis IoT, diharapkan proses pengukuran berat dan tinggi badan anak-anak dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan efisien, sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan pendataan dan intervensi dini.

Menurut Andri Ulus Rahayu, Ketua Tim Pengabdian, “Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendataan dan pemantauan kesehatan di Posyandu, tetapi juga untuk memberdayakan petugas kesehatan lokal agar lebih siap menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Dengan teknologi IoT, kami berharap dapat memberikan solusi yang efektif dan efisien untuk mencegah stunting di masyarakat.”

Tahap pertama dari kegiatan ini adalah sosialisasi kepada masyarakat, khususnya orang tua, petugas Posyandu, dan stakeholder lainnya. Tim pengabdian berkoordinasi dengan pengurus Posyandu dan pihak desa untuk menentukan jadwal serta tempat pelaksanaan. Materi yang disampaikan mencakup informasi penting tentang stunting, pentingnya pendataan yang akurat, serta pengenalan sistem pengukuran berat dan tinggi badan berbasis IoT. Sosialisasi dilakukan secara tatap muka langsung dengan melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak.

Setelah sosialisasi, dilakukan pelatihan kepada petugas Posyandu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi berbasis IoT. Pelatihan ini melibatkan praktik langsung menggunakan perangkat yang telah disediakan, serta sesi tanya jawab dan diskusi untuk memastikan pemahaman yang mendalam.

Langkah berikutnya adalah implementasi teknologi IoT di Posyandu. Instalasi dan setup perangkat dilakukan oleh tim pengabdian bersama petugas Posyandu. Demonstrasi sistem dilakukan kepada anak-anak dan orang tua untuk membangun kepercayaan dan pemahaman. Data awal dicatat sebagai baseline untuk evaluasi selanjutnya.

Tim pengabdian juga menyediakan layanan pendampingan, termasuk konsultasi langsung dengan petugas Posyandu jika menghadapi kesulitan. Kunjungan berkala dilakukan untuk observasi langsung dan pelatihan tambahan jika diperlukan. Evaluasi kinerja sistem dilakukan secara bertahap dalam waktu 3, 6, dan 12 bulan.

Ketua Kader Posyandu, Erni Agustini, memberikan testimoni positif terhadap kegiatan ini. “Kami sangat terbantu dengan pelatihan dan teknologi yang diberikan. Sekarang, kami dapat melakukan pendataan yang lebih akurat dan cepat, yang tentunya akan sangat bermanfaat dalam memantau kesehatan anak-anak di wilayah kami.”

Untuk menjamin keberlanjutan program ini, beberapa petugas Posyandu dilatih sebagai “trainers” agar dapat melatih petugas baru di masa depan. Selain itu, tim pengabdian bekerja sama dengan pemerintah setempat dan organisasi non-pemerintah untuk memastikan dukungan teknis dan pembiayaan jangka panjang. Dokumentasi yang lengkap juga disiapkan untuk memudahkan petugas Posyandu dalam penggunaan dan perawatan perangkat.

Dengan program ini, diharapkan Posyandu di Kecamatan Cibeureum dapat menjadi model dalam penerapan teknologi kesehatan dan berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting secara efektif di masa mendatang.