OPINI

Edukasi Lingkungan dalam Festival Ngubek Beber di Cikelet Garut

×

Edukasi Lingkungan dalam Festival Ngubek Beber di Cikelet Garut

Sebarkan artikel ini
Festival Ngubek
Foto: Neneng Yanti K. Lahpan

Oleh Neneng Yanti K. Lahpan

Groyong merupakan spirit dasar yang menjadi energi utama masyarakat desa. Saat ini, spirit gotong royong tersebut mulai terkikis oleh sikap pragmatisme yang semakin menguat akibat perubahan gaya hidup sebagai dampak kapitalisme global yang memasuki ruang-ruang kehidupan kita sehari-hari.

Spirit gotong royong sejatinya adalah ruh bangsa Indonesia dalam membangun kehidupan sosial yang harmoni dan kokoh. Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan lokal ini perlu terus digali dan dikuatkan kembali.

Dalam konteks kekinian, penggalian nilai-nilai kearifan lokal itu di antaranya dilakukan melalui penyelenggaraan festival seni budaya yang dapat menggugah kembali spirit tersebut, yakni Festival Ngubek Beber.

Pada saat yang sama, festival ini juga menjadi bentuk upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui potensi kearifan lokal. Selain itu, penggalian spirit gotong royong ini diintegrasikan dalam kegiatan edukasi lingkungan.

Hal itu didasari atas keprihatinan terkait fenomena kerusakan lingkungan yang telah menjadi persoalan global dan menjadi perhatian banyak kalangan, termasuk di desa-desa. Kerusakan lingkungan itu di antaranya terjadi di wilayah Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, yang salah satunya berdampak pada musibah banjir besar tahun 2009.

Sejak peristiwa tersebut, sejumlah upaya dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Salah satu upaya tersebut adalah dengan menjadikan wilayah muara/beber sebagai tempat melakukan edukasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan berbasis budaya yang disajikan dalam Festival Ngubek Beber, yang digagas Iip Sarip Hidayana, dosen ISBI Bandung sekaligus pegiat budaya di Cikelet.

Ngubek Beber adalah istilah dalam Bahasa Sunda yang artinya menangkap ikan bersama-sama di muara sungai. Muara ini merupakan titik akhir sungai sebelum bertemu dengan laut. Pada masa lalu, kegiatan ini menggambarkan tradisi gotong royong masyarakat dalam mewujudkan kebersamaan dan harapan.

Dalam tradisi lisan masyarakat Cikelet, tradisi ini sudah ada sejak lama, dan biasanya dilaksanakan menjelang datangnya bulan suci ramadan. Pada saat itu, masyarakat secara sukarela menebar benih ikan di muara sungai/beber dengan berbagai jenis ikan, dan akan ditangkap bersama-sama pada hari lebaran.

Namun, tradisi ini telah hilang, dan karenanya dilakukan revitalisasi secara kontekstual yang menarik masyarakat saat ini, yakni dikemas dalam sebuah festival.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Festival Ngubek Beber memiliki sejumlah rangkaian acara, yakni: 1) Pelatihan dan workshop pembuatan alat musik lodong (alat musik tradisional dari bahan dasar bambu) yang dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa Prodi Musik Bambu ISBI Bandung melalui program PKP (Praktik Kerja Profesi) dan dibantu oleh mahasiswa lain melalui program IMUN (ISBI mengabdi untuk Negeri); 2) Pertunjukan massal musik lodong yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat, khususnya siswa sekolah; 3) Penanaman benih ikan bersama-sama oleh warga; 3) Pelaksanaan ritual Ngubek Beber, yang diawali dengan (a) tradisi Kawin Cai, (b) penanaman pohon, (c) berbagai penampilan seni tradisi, (d) aneka lomba kaulinan urang lembur, (e) wisata kuliner khas daerah, dan (f) orasi budaya, dan terakhir Ngubek Beber.

Salah satu rangkaian penting dari acara ini adalah penanaman 1000 bibit pohon di sepanjang muara Sungai Cipasarangan sebagai bagian dari cara mengajak masyarakat untuk menjaga keberlangsungan ekosistem muara suangai.

Kegiatan ini dilaksanakan di Kawasan Wisata Gunung Geder, Desa Cijembe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, pada hari Minggu, 28 Agustus 2022, pukul 09.00 s.d selesai. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama ISBI Bandung bekerja sama dengan Yayasan CKLT dan Pemerintah Desa Cijambe, dengan dukungan Program Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kemenko PMK dan Forum Rektor Indonesia.

Jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan ini, sekitar 500-1000 orang, yang melibatkan 60 Mahasiswa ISBI Bandung melalui program IMUN, PKP mahasiswa Prodi Musik Bambu, dan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Selain melibatkan mahasiswa dan dosen ISBI Bandung, terdapat sekitar 300 siswa dari 4 (empat) SMA dan SMP di Garut, masyarakat umum, tokoh, seniman, pegiat budaya, pemerintah, dan TNI/POLRI.

Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan peran perguruan tinggi bersama masyarakat dalam melakukan gerakan revolusi mental melalui pelestarian nilai-nilai budaya lokal; 2) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan di muara sungai melalui pendekatan budaya (festival); 3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan festival yang di dalamnya terdapat sejumlah aktivitas ekonomi seperti stand kuliner maupun lainnya; 4) melakukan revitalisasi tradisi yang sudah hilang sebagai kekayaan budaya yang sarat dengan kearifan lokal, yakni tradisi “Ngubek Beber”; dan 5) Melestarikan kesenian tradisional Lodong.

Pada kegiatan ini warga dan pemerintah desa menunjukkan apresiasi dan partisipasi yang cukup besar. Mereka secara gotong royong membersihkan area kawasan wisata yang tampak terlantar, menyiapkan berbagai perlengkapan, sejak proses persiapan, yakni saat para mahasiswa PKP membuat alat musik lodong, proses latihan, hingga pelaksanaan festival.

Pada pelaksanaannya, acara ini dihadiri oleh Rektor ISBI Bandung, Bupati Garut, Ketua DPRD Garut, Anggota Dewan Provinsi Jawa Barat, Kadisbudpar Garut, Kadisdik, Kepala Pengadilan Tinggi Agama Indramayu, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan, para kepala desa, dan pejabat lainnya, para seniman dan budayawan, para siswa, kepala sekolah, para pegiat lingkungan, dan masyarakat umum.

Keterlibatan perguruan tinggi bersama masyarakat sangat penting dalam membangun Gerakan Nasional Revolusi Mental, khususnya terkait penggalian nilai-nilai kearifan lokal yang diintegrasikan dengan edukasi pelestarian lingkungan melalui pendekatan budaya.

Melalui keterlibatan bersama antara perguruan tinggi dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan program Gerakan Nasional Revolusi Mental menuju Indonesia yang semakin kuat dan maju, khususnya bangkit pasca pandemi, dengan menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan budaya dan ekonomi masyarakat.

Secara keseluruhan, kegiatan Festival Ngubek Beber diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, pemahaman nilai-nilai budaya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keterlibatan aktif mereka dalam seluruh rangkaian acara festival.

Penulis: Neneng Yanti K. Lahpan (PIC Program GNRM ISBI Bandung)