SOSIAL

El Nino dan IOD Sebabkan Masa Panen Mundur, Harga Beras Melonjak

×

El Nino dan IOD Sebabkan Masa Panen Mundur, Harga Beras Melonjak

Sebarkan artikel ini
Menanam Padi
Sejumlah petani di wilayah Kecamatan Leuwisari kembali menanam padi. Sebab hujan sudah rutin turun. (Foto: kapol.id/Amin R. Iskandar)

KAPOL.ID — Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya kemungkinan masih harus bersabar cukup lama, atas lonjakan harga beras di pasaran. Saat ini, harga beras di pasar paling murah Rp 16.000 per kilogram.

Lonjakan harga beras di antaranya karena pasokan ke pasar cukup susah. Salah satu pedagang beras di Pasar Singaparna, Kokom mengakui hal tersebut.

“Sekarang mah pasokan beras susah. Dari bandar juga tidak ada. Biasanya banyak. Saya dapat kiriman bisanya dari Tasikmalaya selatan. Harganya juga sekarang mahal,” ujar Kokom, Kamis (22/2/2024).

Di pihak lain, Satgas Pangan Kabupaten Tasikmalaya belum bisa memprediksi kapan harga beras kembali ke angka normal. Karena masa panen tahun ini mungkin masih lama, mundur dari jadwal biasanya.

“Masa panen kita tahun ini mundur ke sekitar Mei hingga Juni. Karena sebagian besar sawah baru masuk masa tanam. Di wilayah selatan yang dua per tiga lahan pertanian Kabupaten Tasikmalaya kan ada di selatan, irigasinya adalah tadah hujan,” ujar Kabid Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Kabupaten Tasikmalaya, Eka Hendriana.

Karena menggunakan irigasi tadah hujan, patani di wilayah Tasikmalaya bagian selatan sampai saat ini ada yang belum menanam. Bahkan yang sudah tanam karena ada pengairan pun perkiraan baru akan panen pada bulan Mei dan Juni.

Di samping karena kesulitan air, keterlambatan masa panen yang berimbas pada mundurnya masa panen, juga karena terjadi gelombang El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) secara bersamaan.

“Karena ada El Nino dan IOD ini bukan sekadar kekeringan biasa. Gelombang ini kan membawa panasnya. El Nino di Samudera Pasifik sementara IOD di Samudera Hindia. Dua-duanya kan panas, menyebabkan suhu laut tinggi kemudian anginnya ke darat. Sehingga panasnya dua kali lipat dari 2019,” lanjut Eka.

Gelombang El Nino dan IOD bukan hanya menyebabkan kekeringan, melainkan juga dengan panas yang menyebabkan bibit tidak tumbuh. Kalau kering biasa, kata Eka, bibit masih bisa tumbuh sekalipun perairannya menggunakan pompa air.

“Karena panasnya itu petani jadi tidak menanam. Kalaupun memaksakan, petani akan mengeluarkan biaya yang percuma. Akhirnya ya rugi juga,” Eka menandaskan.

Support KAPOL with subscribe, like, share, and comment

Youtube : https://www.youtube.com/c/kapoltv

Portal Web : https://kapol.tv/
Portal Berita : https://kapol.id/
Facebook : https://www.facebook.com/kabar.pol
Twiter : https://twitter.com/kapoltv