GARUT, (KAPOL).- Pada musim hujan, potensi kerwanan bencana di Kabupaten Garut terutama wilayah selatan begitu tinggi. Ancaman berbagai bencana alam terdapat di wilayah selatan Garut pada musim hujan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, Tubagus Agus Sofyan, menyebutkan
berbagai langkah antisipasi terus dilakukan menghadapi musim hujan yang akan datang.
Hal ini dilakukan di seluruh daerah di Kabupaten Garut yang potensi kerawanan benacana alamnya tinggi akan tetapi lebig difokuskan di wilayah selatan.
“Musim hujan di wilayah Kabupaten Garut diperkirakan terjadi akhir Oktober. Kita terus lakukan langkah-langkah antisipasi sebagai upaya pencegahan bencana, salah satunya dengan melakukan mitigasi bencana,” ujar Agus, Selasa (1/10/2019).
Menurutnya pelaksanaan mitigasi terutama di wilayah selatan Garut wajib dilaksanakan.
Hal ini dikarebakan tingkat potensi kerawanan bencananya yang begitu tinggi dibandingkan wilayah lainnya di Garut.
Agus mengatakan, potensi kerawanan bencana yang terdapat di wilayah selatan Garut pada musim hujan cukup beragam terutama longsor, pergerakan tanah, dan banjir.
Hal ini tentu tak bisa dibiarkan begitu saja akan tetapi harus ada upaya pencegahan atau penanggulangan.
Ketika hujan turun di wilayah selatan baik dengan intensitas rendah apalagi tinggi tutur Agus, hampir dapat dipastikan akan ada longsor yang terjadi.
Titik longsorpun menyebar di hampir di seluruh wilayah di selatan.
Kerawanan bencana longsor yang terjadi di wilayah selatan Garut ini menurut Agus diakbiatkan berbagai faktor.
Selain faktor alam dimana sebagian besar merupakan daerah perbukitan, hal ini juga diperparah dengan terjadinya kerusakan lingkungan yang cukup parah akibat ulah manusia, salah satunya maraknya pembalakan hutan.
“Saat ini sudah banyak lahan di wilayah selatan garut yang sudah beralih fungsi dari yang seharusnya ditanami pohon tegakan atau daerah resapan air menjadi wilayah perkebunan, ladang, dan pesawahan. Ini tentu sangat berpengaruh terhadap tingkat kerawanan bencana yang sudah pasti akan lbih tinggi,” katanya.
Disampaikan Agus, langkah mitigasi dilakukan untuk meminimalisasi dampak akibat bencana hingga langkah tepat ketika bencana terjadi.
Selain itu, upaya lain yang terus dilakukan yakni dengan cara memberikan pemahaman kepada warga terkait ancaman bencana selama musim hujan.
Agus juga mengungkapkan, di wilayah selatan masih banyak perkampungan yang posisinya berada di daerah rawan bencana.
Daerah seperti ini selama ini menjadi sasaran kegiatan sosialisasi yang dilakukan BPBD dengan harapan warga akan mengetahui dan memahami potensi benacana yang dihadapinya sekaligus apa yang harus dilakukanya.
“Paling tidak, warga bisa memprediksi kapan mereka akan aman dan kapan pula saat yang tidak aman untuk tetap berada di dalam rumah. Ini salah satunya kan bisa dilihat dari intensitas atau curah hujan yang terjadi,” ucap Agus.
Pelaksanaan mitigasi bencana di wilayah selatan Garut ini tambah Agus, tak terlepas dari peristiwa yang terjadi pada tahun 2018 lalu.
Mitigasi dilakukan di lokasi-lokasi yang memiliki potensi tinggi terjadi becana meski hampir seluruh daerah masuk kategori rawan akan tetapi mitigasi dilaksaakan di daerah yang paling tinggi tingkat kerawanannya.
Lebih jauh diungkapkanya, potensi kerawanan bencana alam di Garut bukan hanya terdapat di wilayah selatan.
Di wilayah utara dan tengah termasuk perkotaan pun kerawanan bencana juga cukup tinggi.
Ia mencontohkan, kasus banjir bandang akibat lupan Sungai Cimanuk yang terjadi tepat tiga tahun silam tepatnya September 2016 lalu.
Bahkan Agus menyebutkan benacana tersebut telah menimbulkan korban jiwa cukup banyak, begitupun kerusakan sarana prasarana termasuk rumah penduduk yang mencapai ratusan unit. Oleh karenanya, tak ada salahnya jika mitigasi bencana juga dilaksaakan di wilayah utara dan tengah (Kota). (KAPOL)***