KAPOL.ID – SA (32) seorang oknum ustaz sekaligus guru mengaji diduga melakukan tindakan pelecehan terhadap santri di Desa/Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Peristiwa tersebut terungkap setelah salah satu orang santriwati acap kali menolak menikah meski sudah dijodohkan orang tuanya.
Baik itu dijodohkan kepada pria asal Cianjur maupun dari luar Cianjur.
AS (38), Seorang warga Sukaluyu, mengatakan, karena tidak ingin menikah akhirnya seorang santriwati itu angkat bicara.
Korban lalu menceritakan kejadian tersebut. Yy (korban) yang saat ini berusia 19 tahun.
Ia bercerita, bahwa tiga tahun lalu dengan dalih penurunan ilmu, dugaan pelaku melakukan pelecehan dengan menggerayangi, dia diraba-raba namun tidak sampai disetubuhi.
“Pelaku melakukan aksinya dirumahnya sendiri. Saat ini, keluarga dan warga marah, sehingga mengusir pelaku (oknum ustaz) yang dikenal tokoh agama di Kampung tersebut,” kata AS warga setempat, Rabu (6/7/2022).
Menurut AS, dirinya sempat menghadiri pertemuan antara sang ustaz, korban, dan keluarganya.
Saat disumpah, sang ustaz bahkan mengakui semua perbuatannya itu.
“Korban histeris mungkin trauma dengan kejadian yang sempat menimpa mereka,” katanya.
AS mengungkapkan, kejadiannya terjadi tiga tahun lalu saat dua korban berinisial NN dan YY masih berusia 16 tahun.
Saat ini dua korban warga Cianjur tersebut sudah berusia 19 tahun.
Saat itu sang ustaz yang sudah mempunyai seorang istri dan seorang anak ini menjadikan rumahnya sebagai tempat mengaji.
“Jadi awalnya si korban itu mau dijodohkan berkali-kali, bahkan ada yang ngelamar tapi korban tetap menolak. Sehingga, pihak keluarga bingung dan aneh, anaknya tidak mau menikah. Lalu temannya bertanya, dari situ korban langsung bercerita,” ujarnya.
Menurutnya, dia mendengar cerita sang korban bahwa pelecehan seksual terjadi dilatarbbelakangi ritual semacam menurunkan ilmu. korban dimandikan dan diperlakukan tidak senonoh sampai kepada alat kelaminnya menggunakan tangan.
“Setelah terungkap, sontak memancing emosi masyarakat dan saat itu warga mengusir si dugaan pelaku. Namun setelah si pelaku pergi dari kampung ini dia dihubungi lagi untuk datang dan mengakui di hadapan masyarakat terhadap perbuatannya,” katanya.
Dalam pertemuan itu, pelaku juga mengakui dan bukan hanya satu orang itu bahkan dua orang muridnya yang diperlakukan seperti itu. Diduga korban lebih dari dua orang.
“Saat ini, belum melaporkan ke polisi dan mungkin masih menimbang-nimbang karena pelaku kerabatnya korban. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ada laporan ke polisi,” katanya.
AS menjelaskan, bahwa pelaku SA bersama keluarganya sudah tidak berada di kampung dan sudah pergi bersama keluarganya. ***
Laporan: Endi Sanusi