Oleh Gita Shafira
Mahasiswa Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Baliho sering digunakan sebagai kepentingan media promosi iklan maupun promosi yang berbau politik. Biasanya baliho yang berbau politik digunakan sebagai sarana kampanye untuk bisa memperkenalkan diri. Baik sebagai calon pemimpin eksekutif maupun calon legislatif kepada khalayak. Dan ditempatkan di banyak lokasi dengan tujuan untuk memperkenalkan kandidat kepada masyarakat luas. Terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh media lain. Tempat yang sering digunakan untuk pemasangan baliho ialah pinggiran jalan, dan tempat permukiman warga.
Kandidat yang melakukan suatu promosi menggunakan baliho untuk bisa memperkenalkan dirinya dan menarik perhatian masyarakat. Bisa dikatakan baliho sebagai sarana memperkenalkan seorang kandidat itu sangat tidak efektif. Sebab mereka lupa untuk menerapkan suatu visi dan misinya di baliho tersebut. Para kandidat sering menonjolkan nama mereka, nomor urutnya, dan gambar mereka yang ukuran sangat besar di baliho tersebut.
Sepanjang jalan baliho-baliho terpasang yang hanya berisi sebuah nama kandidat pilkada (Pemilihan Kepala Daerah). Kemudian nomor urut, partai, dan gambar wajah yang berukuran besar. Kerangka baliho yang digunakan para kandidat tersebut sama semua, mereka lupa menempelkan visi dan misinya di baliho. Para kandidat pilkada sangat berbeda dengan kandidat presiden, di mana informasi kandidat presiden dijelaskan dan disebarkan untuk masyarakat tahu mengenai para kandidatnya. Berbanding terbalik dengan para kandidat Pilkada yang informasinya disampaikan di kampanye-kampanye masing-masing.
Kandidat-kandidat Pilkada menyampaikan informasi mereka saat kampanyenya. Namun tidak semua masyarakat di wilayah tertentu yang bisa mengikuti kampanye tersebut. Seharusnya kandidat tersebut memiliki kesadaran-kesadaran atas masyarakat yang memiliki alasan untuk tidak mengikuti kampanye tersebut. Karena adanya aktivitas atau kehidupan mereka masing-masing. Baliho sebagai sebuah media kampanye untuk mempromosikannya, tetapi tidak mencantumkan informasi mengenai visi dan misinya.
Efektivitas
Masyarakat yang tidak mengikuti sebuah kampanye secara langsung tidak mendapatkan sebuah informasi mengenai visi dan misi. Baliho juga menjadi sebuah media untuk berkampanye yang tidak efektif dan membuang uang. Lalu isi dari baliho tersebut juga sangat tidak informatif. Jadi, intinya masyarakat tidak mendapatkan informasi mengenai kandidat-kandidat pilkada.
Meskipun sekarang berada pada zaman modern di mana teknologi menjadi semakin canggih yang membuat kampanye juga bisa dilakukan di media sosial. Platfrom Instagram, X, Tik Tok, dan Youtube yang jangkauannya luas dan juga banyak masyarakat menggunakan platfrom tersebut. Kekurangan dari strategi tersebut ialah para orang tua yang tidak memegang gawai, hal itu menjadi tidak ada gunanya untuk melakukan sebuah kampanye.
Baliho menjadi media kampanye yang bagus, namun kerangka yang digunakan oleh beberapa kandidat tidak efektif. Solusi dari semua ini ialah mengganti kerangka dari baliho yang hanya mengisikan nama, nomor urut, dan foto kandidat tersebut dengan menambahkan sebuah informasi mengenai visi dan misi mereka. Sebab itu masyarakat dapat meluangkan waktunya untuk membaca baliho yang isinya itu sangat informatif bagi masyarakat untuk memilih suatu pemimpin. ***