OPINI

Klaster Baru Pandemi: Ikan Hiu Makan Tomat

×

Klaster Baru Pandemi: Ikan Hiu Makan Tomat

Sebarkan artikel ini

Opini Budaya 0leh Nizar Machyuzaar

 

//Odading Mang Oleh, hmmmm/ Rasanya seperti Anda menjadi Iron Man/Belilah Odading Mang Oleh di dieu/Karena lamun teu ngadahar Odading Mang Oleh/Maneh teu gaul jeung aing/Lain balad aing gobl*g/Ikan hiu makan tomat/Gobl*g lamun teu ka dieu/Odading Mang Oleh/Rasanya an*ing banget//

Setengah tahun lebih. Kesibukan sehari-hari bekerja di rumah sedemikian kita jalani. Pada masa pandemi Covid 19 ini, banyak hal kecil saya temukan sebagai kepala rumah tangga.

Kerjaan rumah lebih berat dari kerjaan kantor. Istri lebih sibuk daripada putra bungsuku yang masih kelas 5 SD. Maklum, pembelajaran daring membuat istriku (mungkin semua ibu) kewalahan dalam membimbing anak belajar di rumah. Sementara putri sulungku, ia lebih bisa mandiri karena sudah kelas 9 SMP.

Saya sendiri seperti menyibuk-sibukan diri. Di sela istri saya membimbing Si Bungsu  mengerjakan tugas belajar, saya sempat memerhatikan anak saya yang sedang rehat belajar. Dia bermain gawai. Entah konten apa yang dilihatnya. Yang pasti, anak bungsu saya tertawa terpingkal-pingkal. Penasaran. Akhirnya saya simak percakapan konten anakku.

Anakku oh anakku. Ternyata konten video endors yang ia buka. Saya beranikan diri bertanya. “Nak, video apa yang kamu lihat?” Dengan seringai tawa terkekeh-kekeh, maklum baru sembuh dari batuk, anakku menunjukkan sebuah video. Apa lacur, saya pun ikut tertawa dengan kelucuan video tersebut.

Kutipan percakapan di awal yang membuat anakku tertawa. Video berdurasi sekira 1 menit ini diunggah oleh Nandar Ukandar alias Ade Londok. Sang Penguggah mempromosikan makanan odading Mang Soleh. Mimik innocent alias polos, ucapan sarkasme dengan g*blok dan an*ing, dan gaya asosiasi  /rasanya seperti Anda menjadi Iron Man/  plus pantun /Ikan hiu makan tomat/ menjadi inspirasi warganet membuat meme Odading Mang Oleh.

Seperti Covid 19, virus ini menyebar di jagat maya. Sang Gubernur Jawa Barat memberi bantuan hand phone pada Mang Oleh. Beberapa portal berita digital melansir antrean panjang pembeli odading, sampai-sampai dijaga polisi karena menimbulkan kerumunan dan keramaian. Bahkan, sampai tiktoker menjadikannya latar konten, selain jadi trending topic di twitter.

Iseng-iseng, saya tertarik membahas isi konten. Konten ini terbagi dalam tiga sekuel, yakni (1) Pengenalan (orientasi): /Odading Mang Oleh, hmmmm/; isi konten: (2) /Rasanya seperti Anda menjadi Iron Man/Belilah Odading Mang Oleh di dieu/Karena lamun teu ngadahar Odading Mang Oleh/Maneh teu gaul jeung aing/Lain balad aing gobl*g/Ikan hiu makan tomat/Gobl*g lamun teu ka dieu/; dan (3) penegasan ulang (reorientasi): /Odading Mang Oleh/Rasanya an*ing banget/.

Konten Ikan Hiu Makan Tomat ini memang efektif memengaruhi warganet.  Paduan antara mimik innocent alias polos, ucapan sarkasme, dan gaya asosiasi  dan pantun /Ikan hiu makan tomat membuat konten ini tidak hanya sekadar lucu, tetapi juga satire.

Saya tertawa ketika selesai menonton video ini dan (sekaligus) saya sedih karena video ini –jangan-jangan—menyimbolkan realitas masyarakat bawah yang memang harus keras dan kasar dalam mempertahankan hidup.

Sulitnya akses ekonomi di masa pandemi Covid 19 ini, berdampak pada pola pikir, pola ucap, dan pola tindak dalam bermasyarakat. Atau, boleh jadi ini adalah sebuah cara saja agar konten menjadi viral? Mudah-mudahan ini yang benar.

Video endors ini telah berhasil menjadi viral. Konten menjadi pandemi dan memunculkan episentrum baru selain kluster Tiktok dan Twitter, Facebook , Youtube , Whatsapp, dan lainnya terdampak virus Ikan Hiu Makan Tomat. J

agat maya dan warganet masuk dalam zona orange. Namun, di sisi lain tentu ada pandemi effect yang menyertai virus ini. Apalagi, konten ini dikonsumsi oleh anak dan remaja yang notabene masih dalam kelabilan perkembangan kepribadian.

Satu catatan yang cukup penting. Kita tahu bahwa kata anjing mengacu pada benda (Nomina). Kata anjing adalah nama sebuah binatang. Namun, dalam perkembangan pemakaiannya, kata ini telah bergeser menjadi kata seru (Interjeksi). Kata seru berfungsi sebagai gambaran luapan perasaan (emosi) dalam percakapan. Mirip stiker emosi di dalam aplikasi chatting.

Menariknya, semua perasaan dalam percakapan dapat dituangkan dengan perkataan/seruan anjing. Sedih, gembira, kaget, kagum, sakit, marah, kecewa, pokoknya anjing seruannya. Belakangan, muncul plesetan anjai untuk memperhalus seruan anjing. Apakah ini sebuah kreativitas dalam praktik berbahasa atau sebuah gejala psikologis masyarakat yang terbaca dalam dalam bahasa? Mari kita tanya pada ikan hiu makan tomat.

Mangkubumi, 22 September 2020.