Kolang-kaling Usaha Musiman Warga Tanjungsari

KALPOL.ID — Seperti sudah menjadi hal yang biasa, setiap tibanya bulan Ramadan, para penjual cangkaléng atau kolang-kaling mulai terlihat di sepanjang jalan antara Salawu-Garut. Tepatnya di Kampung Langkob, Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Aktivitas warga pengolah buah nora di saung-saung tersebut, mereka lakukan hampir berlangsung selam 24 jam pada setiap harinya. Karena untuk bisa sampai siap makan, prosesnya cukup panjang.

“Pertama-tama harus membakar atau mengukusnya (buah nira Red.) terlebih dahulu. Kemudian memisahkan isi dengan cangkangnya. Lantas harus mencucinya kembali,” terang Ahmad, salah satu pengolah kolang-kaling di pinggir jalan raya Salawu-Garut.

Mengingat lamanya proses tersebut, para pengolah kolang-kaling tidak bekerja sendiri-sendiri. Dalan satu saung terdiri dari lima hingga 10 orang pekerja.

Sedangkan alasan memilih pinggir jalan sebagai lokasi pengolahan, adalah agar lebih efektif; baik dalam proses pengolahan maupun penjualan.

“Kalau di pinggir jalan kan banyak kendaraan yang lewat, jadi bisa sambil jualan langsung, dan yang membeli juga banyak,” lanjut Ahmad.

Aktivitas pengolahan cangkaléng di pinggir jalan tersebut, biasanya selama bulan suci Ramadan. Karena banyak peminat untuk bahan makanan takjil, makanan berbuka puasa.

Salah satu pengendara motor yang terlihat membeli yaitu Ahmad Dasep. Ia mengatakan, sering kali ketika melintas ke jalan Salawu-Garut ini menyempatkan diri membeli kolang-kaling.

“Iya buat bahan campuran takjil, bisa buat kolak juga sama minuman segar campuran buat buka puasa, rasanya khas,” kata Dasep.

Kolang-kaling dari Langkob ini, kata Dasep, berbeda dengan kolang-kaling dari luar wilayah. Bijinya besar-besar, warnanya putih dan terlihat segar.