GARUT, (KAPOL).- Warga Garut yang selamat dari kerusuhan di Wamena,
Rabu (9/10/2019) akhirnya tiba di Garut. Kedatangan mereka disambut Wakil Bupati Garut serta unsur Forkopimda lainnya di kantor Bupati Garut.
Pantauan KP, ada 18 warga Garut yang sebelumnya tinggal di Wamena saat kerusuhan terjadi yang pulang ke Garut.
Mereka tiba di kompleks Pemkab Garut sektar pukul 23.00 WIB setelah sebelumnya dijemput dari kompleks Pemprov Jabar.
Begitu tiba di Kantor Bupati, mereka langsung menjalani pemeriksaan kesehatan oleh tim medis yang sejak awal memang sudah dipersiapkan.
Selanjutnya mereka diberikan oleh Wabup, Kapolres, dan Dandim.
Setelah itu, mereka baru dipersilahkan pulang ke kampung halamannya masing-masing dengan diantar camat.
Ada juga di antaranya yang dijemput langsung anggota keluarganya.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman menyebutkan sebelumnya 18 warga Garut itu dijemput oleh Pemprov Jabar bersama 53 warga Jabar lainnya dari Jayapura.
Penjemputan dilakukan Pemprov Jabar bekerjasama dengan Baznas Provinsi Jabar.
“Pemerintah dalam hal ini Pemprov Jabar dan Pemkab Garut memulangkan mereka mengingat kondisi keamanan di Wamena belum stabil. Selain itu, mereka juga memang sangat menginginkan pulang ke kampung halamannya,” ujar Helmi.
Berdasarkan informasi yang diterimanya tutur Helmi, di Papua termasuk di daerah Wamena memang banyak warga Garut. Mereka sengaja merantau ke sana untuk berusaha terutama berdagang.
Helmi mengaku sangat bersyukur karena tidak ada warga Garut yang menjadi korban dalam peristiwa kerusuhan di Wamena.
Namun demikian, kerusuhan itu telah menimbulkan gangguan psikis akibat trauma yang mereka rasakan.
“Kalau secara fisik, mereka memang terlihat baik-baik saja karena memang tak ada yang menjadi korban kekerasam secara langsung. Namun psikis mereka cukup terganggu dan itu terlihat jelas di raut wajah mereka,” katanya.
Menurutnya, meski terlihat sangat bahagia karena sudah berada di kampung halamannya, akan tetapi mereka juga masih belum bisa melupakan kesedihan dan rasa takut yang pernah dialaminya.
Oleh karenanya Pemkab Garut akan menyiapkan trauma healing untuk memulihkan kondisi psikis mereka.
Disampaikan Helmi, 18 warga Garut yang baru saja dijemput dari Jayapura ini berasal dari 5 kecamatan.
Keluarga mereka pun selama ini sudah sangat mengharapkan kedatangan mereka dan mereka sangat mencemaskan keselamatan anggota keluarganya yang tinggal di Papua.
Salah seorang warga Garut yang baru datang dari Papua, Momon (69) menceritakan saat kerusuhan pecah pada Senin 23 September lalu, ia baru saja membuka tokonya.
Awalnya sama sekali tak ada tanda-tanda akan terjadi kerusuhan karena situasi masih seperti hari-hari biasanya.
“Situasi mulai kacau ketika terjadi aksi tawuran yang melibatkan anak-anak sekolah. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.00,” tutur Momon.
Diakui warga asal Kecamatan Sukaresmi ini, dirinya mulai panik ketika ada massa yang melakukan pengrusakan bahkan menganiaya dan membunuh warga.
Ia yang ketakutan pun langsung menutup kembali rolling door tokonya dan memilih menyelamatkan diri karena dirinya juga memjadi sasaran penyerangan.
“Saya tutup kembali rolling door toko yang baru saja dibuka dan saya memutuskam untuk berlari. Namun saya masih sempat melihat ada toko yang dirusak dan pemiliknya dibunuh,” ujar Momon.
Bersama beberapa orang lainnya yang juga merupakan warga pendatang, kata Momon, ia langsung memutuskan mengungsi ke Kodim Jayawijaya yang masih berada di daerah Wamena.
Bahkam Momon sama sekali tak mempedulilan toko dan barang-barang yang ada di dalamnya yang dirusak massa.
Diungkapkan Momon, ia sudah beberapa tahun merantau di
Wamena.
Di sana ia berusaha dengan menjalankan bisnis yakni berjualan gordeng.
“Saya mengungsi di Kodim bersama warga pendatang lainnya sekitar satu minggu. Alhamdulillah selama di sana kami aman dan mendapatkan perlindungan,” ucapnya.
Momon mengaku heran kenapa kerusuhan itu bisa sampai terjadi. Padahal selama ini sikap warga pribumi terhadap warga pendatang sangat baik dan ramah.
Dari informasi yang didengarnya, kerusuhan itu terjadi dipicu kejadian di Surabaya.
Warga pribumi merasa sangat tersinggung sehingga merekapun kemudian melampiaskam amarahnya kepada warga pendatang yang ada di daerahnya.
Meski merasa trauma atas kejadian kerusuhan yang terjadi, akan tetapi Momon mengaku suatu saat akan kembali ke Wamena.
Namun untuk sementara ia akan tinggal dulu di kampung halamamnya sampai situasi keamanan di Wamena benar-benar pulih. (KAPOL)***