PENDIDIKAN

LLDIKTI IV Jabar Banten: Atasi Permasalahan Sampah, 1.107 Mahasiswa Terjun Langsung ke Lapangan

×

LLDIKTI IV Jabar Banten: Atasi Permasalahan Sampah, 1.107 Mahasiswa Terjun Langsung ke Lapangan

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa dan dosen pembimbing dari perguruan tinggi swasta menyosialisasikan penanganan sampah di 90 kelurahan di Kota Bandung. *

KAPOL.ID  — Permasalahan sampah di Kota Bandung masih menjadi momok yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Berkaca dari itu, maka  dilakukan sosialisasi penanganan sampah di 90 kelurahan selama sebulan penuh.

Sosialisasi dimulai dari 1 November hingga 30 November 2024.

Pesertanya, diikuti sebanyak 1.107 mahasiswa dan 127 dosen pembimbing lapangan (DPL) dari 57 perguruan tinggi swasta di Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan lainnya.

Terlihat saat kegiatan, para peserta memaparkan satu per satu hasil dan tindak lanjut dari program tersebut secara daring melalui Zoom meeting, pada Kamis, 5 Desember 2024.

“Kami mengapresiasi atas kerja keras para peserta dalam membantu menyelesaikan salah satu “PR” besar di Kota Bandung,” kata Kepala Bagian Umum LLDIKTI Wilayah IV, Gina Indriani.

Ia berterima kasih kepada seluruh peserta yang telah terlibat. Menurutnya, itu merupakan rangkaian kegiatan akhir dari Penanganan Sampah di Kota Bandung.

“Inisiatif ini diawali saat kegiatan University Leaders Forum di Tel-U pada 21 Oktober 2024. Setelah kegiatan tersebut, kami melakukan koordinasi dengan PIC perguruan tinggi untuk merancang program dan berkoordinasi dengan berbagai pihak di Pemkot dan Pemprov,” kata Gina.

Gina menyatakan, kendati berlangsung dalam waktu yang singkat, tapi para peserta berhasil menyelesaikan KPI yang telah ditentukan sejak awal program.

“Setiap pekan, LLDIKTI Wilayah IV rutin mengadakan monitoring dan evaluasi untuk membahas kendala serta tindak lanjut ke depannya,” ucap dia.

“KPI yang ditetapkan meliputi edukasi pengolahan sampah, pemilahan sampah, inovasi pengelolaan, dan reduksi timbulan sampah. Sejak awal kami menargetkan untuk mereduksi 30 ritase. Dalam kegiatan yang terbilang singkat ini, KPI tersebut harus dicapai,” ucap Gina.

Salah satu DPL dari Sekolah Tinggi Teknologi Mandala, Givy D. Ramady, memaparkan bahwa setelah melakukan sosialisasi selama sebulan, timnya berhasil memberikan dampak positif di RW 03 Kelurahan Kacapiring, Kecamatan Batununggal. Sebanyak 118 kepala keluarga (KK) telah melakukan pemilahan sampah, meningkat dari sebelumnya yang hanya 78 KK.

“Total KK di RW 03 Kacapiring adalah 175 KK. Setelah kami melakukan sosialisasi secara rutin dan mendampingi masyarakat untuk memilah sampah, proporsi pemilahan meningkat dari 87,42 persen menjadi 96,57 persen.” ujarnya.

Dikatakan bahwa tidak hanya dalam pemilahan sampah, jumlah KK yang sudah mengolah sampah juga semakin meningkat.

“Dari sebelumnya hanya 13 KK, kini meningkat menjadi 46 KK,” ujarnya.

Ketua Kelompok Penanganan Sampah Antapani Kidul, Tegar Maheisha dari STIKes Dharma Husada, menyampaikan bahwa meskipun program ini telah selesai, pihaknya akan terus melanjutkan pendampingan pelatihan untuk petugas pengangkut sampah terkait pemilahan sampah.

Disampaikan, kasus yang sering ditemukan adalah masyarakat sudah memilah sampah sesuai jenisnya. Namun, petugas sampah sering menggabungkan kembali saat pengangkutan.

“Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki petugas khusus yang mengangkut sampah organik ke rumah magot,” ungkap Tegar.

Pernyataan Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jabar dan Banten

Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, Dr. M. Samsuri, mengungkapkan bahwa gerakan bersama Kota Bandung Bersih Sampah, yang melibatkan perguruan tinggi yang turun langsung ke masyarakat dalam tata kelola dan penanganan sampah, merupakan bentuk nyata dalam mengimplementasikan tridharma perguruan tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat.

Ia menambahkan bahwa yang terpenting adalah mengedukasi masyarakat, terutama di lingkungan keluarga, mengenai pemilahan sampah.

“Jika memungkinkan, di setiap kelurahan harus ada unit pengelolaan sampah. Misalnya, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk,” kata Samsuri.

Agar hal tersebut dapat berhasil secara signifikan, Samsuri menekankan perlunya keterbukaan dari pemerintah daerah, hingga tingkat kelurahan, RW, dan RT.

“Intinya, isu-isu strategis akan kami dorong agar perguruan tinggi hadir. Kita ingin perguruan tinggi tidak hanya menjadi menara gading, tetapi juga berkontribusi di wilayah perkotaan maupun pedesaan,” ujar Samsuri.***