Meniru Prasasti Sesuai Aslinya
Di samping itu, tidak banyak masyatakat Kabupaten Tasikmalaya yang tahu bentuk asli Prasasti Gegerhanjuang. Baru pada acara milangkala ke-387 Kabupaten Tasikmalaya, prasasti asli kembali menginjak tanah asalnya, setelah 101 tahun tersimpan di Museum Pusat Jakarta.
“Pada milangkala ke-387 Kabupaten Tasikmalaya, prasasti No 102 datang ke Pemda. Saya juga baru melihat prasasti aslinya waktu itu. Jadi, keinginan saya, coba buat tiruan prasasti itu sebagaimana aslinya, lalu simpan di sini,” lanjut Ade.
Sekalipun demikian, Ade menekankan bahwa pihaknya bukan dalam rangka “membuang” tugu yang sudah ada. Katanya, tugu bertanda tangan Hudli Bambang Aruman tetap perlu dijaga. Karena itu juga wujud itikad baik membangun tempat di Gegerhanjuang.
Selain yang bersifat fisik, meluruskan sejarah yang bersifat materi pun sama pentingnya. Salah satunya memastikan lokasi penemuaan batu Prasasti Gegerhanjuang.
Alasannya, kata politikus PDI Perjuangan itu, Karena dalam keyakinan sebagain pihak lokasi penemuan prasasti tersebut di Kampung Parigi, bukan di Kampung Gegerhanjuang. Antara Parigi dengan Gegerhanjuang berjarak sekitar 1-2 kilometer. Parigi (Desa Linggawangi) sebelah barat Gegerhanjuang (Desa Linggamulya).
Adapun petunjuk bagi pihak yang berkeyakinan seperti itu adalah kata “nyusuk”, sebagaimana tertulis dalam prasasti. Saat kapol.id mengonfirmasi kemungkinan pemindahan lokasi dari Gegerhanjuang ke Parigi saat terjadi penataan sejarah, Ade Sugianto belum dapat memastikan.