KANAL

Menangis! Kisah Korban Longsor Cimanggung yang Terlantar, Bantuan Distop, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

×

Menangis! Kisah Korban Longsor Cimanggung yang Terlantar, Bantuan Distop, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Sebarkan artikel ini
Istimewa*

KAPOL.ID – Dua tahun berlalu tragedi longsor yang menghantam kawasan pemukiman di Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Namun, hingga kini beberapa keluarga korban longsor belum melihat cahaya terang.

Para korban kini terlantar, terpaksa harus menghuni kontrakan dengan biaya sendiri.

Karena, Pemerintah Daerah Sumedang tak lagi menanggung biaya sewa kontrakannya, di Rusun Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Tempat tersebut adalah tempat tinggal sementara bagi para korban longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung.

Lebih tragis lagi, bantuan yang biasanya disalurkan oleh Pemda Kabupaten Sumedang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga telah terhenti, kini membuat beban mereka semakin berat.

Salah satu korban longsor, Pasaribu, terpaksa harus meninggalkan kamar kontrakan, karena pemda tak lagi membayar biaya kontrakan bagi korban longsor.

“Saya masih mencari tempat tinggal yang layak, berharap agar pemerintah segera membangun rumah relokasi, seperti yang telah dilakukan untuk korban lain,” ucapnya.

Rumah yang dimilikinya saat itu hancur akibat bencana longsor tahun 2021 yang juga merenggut nyawa istri dan tiga anaknya.

“Dengan berat hati, saya hanya tinggal dengan satu anak di rumah kontrakan yang saya bayar sendiri,” ujarnya sembari menangis.

Pasaribu mengaku kecewa, karena janji pemerintah untuk memberikan rumah relokasi kepada korban longsor seperti dirinya, belum juga terealisasi hingga saat ini.

Bahkan tempat pengungsian mereka di Rusun Rancaekek, tempat mereka tinggal sementara, juga telah mengusir mereka.

Menurut Pasaribu, ketika tragedi longsor terjadi, pemerintah berjanji bahwa mereka akan mendapatkan rumah relokasi seperti warga zona merah lainnya yang kini telah memiliki rumah sendiri di lokasi perumahan SBG Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung.

“Kami masih belum memiliki kepastian apa pun tentang apakah kami, sebagai korban longsor yang rumahnya hancur, akan mendapatkan rumah relokasi atau harus terus tinggal di kontrakan dengan biaya sendiri,” ucap dia.

Ia hanya memohon kepada pemerintah untuk bisa membantu. “Kami juga adalah korban longsor,” ujarnya.***