KAPOL.ID –
Para pedagang di Pasar Singaparna Kabupaten Tasikmalaya mengeluhkan semakin sepinya pembeli sejak merebaknya informasi virus corona.
Salah satunya diungkapkan Ibu Lilis. Pedagang sembako ini mengatakan kunjungan pembeli sepekan terakhir turun. Pasar semakin sepi karena takut corona.
“Semakin sepi, mungkin pada takut ke pasar karena corona,” ungkapnya saat dikunjungi KAPOL.ID, di kiosnya, Rabu (25/3/2020).
Lilis mengatakan, kondisi tersebut membuat omset penjualan terus turun. Padahal harga bahan pokok tidak semua naik signifikan. Komoditas paling dicari masyarakat, jahe, daun sereh dan serai.
Jahe yang awalnya dijual seharga Rp 30 ribu, naik menjadi Rp 60 ribu. Bawang bombai dari awal hanya Rp 25 ribu kini menjadi Rp 200 ribu perkilonya.
Selain itu bawang putih dari Rp 27 ribu kini dijual menjadi Rp 50 ribu. Kedelai Rp 7.000 menjadi Rp 8.600 per kg, dan gula pasir awalnya hanya Rp 14 ribu, dijual seharga Rp 20 ribu.
“Sedangkan untuk komoditas yang lain meski ada kenaikan masih terhitung stabil. Pertanyaannya pembelinya pada kemana, harga melambung, nombok yang ada,” katanya.
Ketika ditanya KAPOL.ID penyebab naiknya sejumlah bahan pokok, Lilis mengatakan selain kebutuhan, karena corona.
“Kalau tidak ada itu corona gak bakal kaya begini,” ungkapnya.
Senada dikatakan pedagang telor di Pasar Kaki lima Singaparna, Kang Iis (43). Sebelas tahun berjualan kali pertama dirinya rasakan mengalami sepi bercampur takut.
“Biasanya omset telur perhari bisa menghabiskan 50 bahkan hingga 100 peti telur. Kini jauh dari angka untung, rugi mah iya sekaligus takut,” katanya.
Ia berharap, pasar dapat disemprot disinfektan oleh pemerintah. Pasalnya pasar sebelah yang dimiliki Haji Asep itu sudah.
“Tapi kalau di sekitar pasar kami ini, belum ada upaya lebih dari pemerintah.
Setidaknya atuh disemprot, jangan begini, selain terminal pasarkan tempat sejuta umat bertemu, dan bahaya jika dibiarkan,” ungkapnya. (dhi-dhi)***