KAPOL.ID – Pembangunan Rumah Sakit tipe D Purbaratu Kota Tasikmalaya, diprotes warga. Pasalnya, para petani merasa dirugikan terkait lingkungan.
Menurut Kordinator Petani Purbaratu Bersatu (PPB), Rizky Ramdani, selokan atau aliran sungai yang biasa mengairi sawah petani, tersendat.
Menurutnya, pembangunan rumah sakit menghabiskan lahannya dengan mempersempit saluran air.
“Coba lihat tuh, aliran dari hulu menyempit. Kenapa bangunan itu menghabiskan lahan sungai kecil. Belum lagi barangkal sisa bangunan yang dibiarkan pengembang, menjadikan aliran air terhambat. Kita menuntut normalkan kembali saluran air ini. Kita tidak bicara uang, tapi perhatikan lingkungan,” ujar Riyzki, ketika ‘ngontrog’ ke belakang RS Purbaratu, bersama belasan petani, Selasa (20/10/2020) siang.
Ditambahkan Rizky dalam terminologi ekonomi lingkungan, pemanfaatan sumberdaya alam untuk kegiatan pembangunan haruslah bersifat normatif dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta menjamin keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Nah, dalam akivitas pembangunan tersebut setiap warga negara memiliki hak untuk terlibat aktif.
Hak partisipasi tersebut pun telah dijamin oleh konstitusi sebagimana termaktub dalam Pasal 28 C ayat (3) UUD 1945.
“Kita tidak akan berhenti di sini. Lihat tuh, masa yang membersihkan barangkal di selokan para petani. Mana tanggungjawab pengembang,” kata Rizky.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat meminta pihak pengembang memperhatikan lingkungan yang bisa berdampak negatif untuk warga.
“Saya tak bosan selalu memperingatkan agar aspirasi warga diperhatikan pengembang. Terlebih ini masalah saluran air yang nantiya sangat diperlukan warga,” tegas Uus.
Pihak pengembang Tony Boxer berkilah, dirinya sudah bekerja sesuai prosedur. Dia menyontohkan tak akan mengganti saluran air dari rumah sakit menuju selokan, meski ada desakan sebagian warga. [rin]