KAPOL.ID – Agar manfaatnya bisa diketahui oleh masyarakat luas, dalam waktu dekat ini Pemkab Garut telah mengagendakan launcing program Simpel (Simapanan Pelajar).
Launcing tersebut rencananya akan digelar pada Senin (5/9/2022) pagi, bersamaan dengan apel pagi di halaman Setda Garut, yang melibatkan semua perbankan juga OJK (Otoritas Jasa Keuangan), perwakilan guru dan siswa-siswi dari seluruh sekolah di Kabupaten Garut.
“Bersamaan dengan apel ASN, kita akan undang semua perwakilan agar bisa lebih memahami akan manfaatnya,” tutur Asda (Asisten Daerah) 2 Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Teti Sarifeni, usai memimpin Rapat Evaluasi Pelaksanaan Program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), di Ruang Rapat Wakil Bupati Garut, Kamis (25/8/2022).
Teti pun menjelaskan, bahwa antusias masyarakat Garut akan tabungan Simpel memang cukup menggembirakan, dan kini ada sekitar 20 ribu nasabah.
Jumlah tersebut katanya sudah melebihi dari yang ditargetkan pada tahun 2022 yakni 7.800 nasabah.
Satu hal yang juga dianggap penting pada rapat yang dihadiri perwakilan OJK, pihak perbankan dan beberapa perwakilan SKPD di lingkungan Pemkab Garut tersebut, selain membahas tabungan Simpel, lanjut Teti, dibahas pula program menolak rentenir, dan sosialisasi Jasindo (Asuransi Jasa Indonesia) yang diperuntukan bagi peternak dan petani.
Menurutnya, selaku bagian dari TPKAD (Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah) bersama OJK, pihaknya akan berupaya mendorong serta mencari solusi agar para petani maupun peternak bisa memanfaatkan program Jasindo yang dipandang lebih menguntungkan, karena 80 persen dibantu oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
“Keuntungan lainnya bagi para peternak juga, jika nanti sapinya sakit atau mati bisa diklaim,” tuturnya.
Seperti halnya yang diungkapkan Teti, Kasubag Industri Keuangan Non Bank dan Pasar Modal Kantor OJK Tasikmalaya, Dendy Juandi, menerangkan, untuk melawan rentenir, pihaknya akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) baik dari BRI, BNI dan BJB yang bunganya lebih rendah dibanding dengan pinjaman dari rentenir.
“Nanti kami pun akan meminta pihak perbankan yang mengeluarkan program KUR agar proses kreditnya bisa lebih ringkas, lebih cepat, biar masyarakat bisa lebih mudah untuk akses,” ungkap Dendy.
Ia pun menjelaskan, dibentukanya TPKAD bertujuan untuk mencapai target inklusi (masyarakat yang punya akses ke keuangan) 90 persen di tahun 2024, yang di tahun 2019 lalu angkanya masih sekitar 74 persen.
Karena alasan tersebut lanjut Dedy, untuk meningkatkan inklusi, pihaknya bekerjasama dengan semua pihak terus berupaya melakukan edukasi, termasuk salah satunya mengajak para pelajar sejak dini agar terbiasa belajar menabung.
“Tujuan utamannya tiada lain, agar mereka nanti melek dan memiliki akses keuangan,” imbuhnya.***