KAPOL.ID – Jakarta, Gedung Kesenian Wayang Orang Barata di kawasan Senen Jakarta kembali dipenuhi para penikmat seni pada Minggu (3/3). Pemicunya, sebuah pertunjukan tari Renggana dan teater Legenda Ronggeng Gunung. Acara ini merupakan rangkaian satu dekade Galeri Indonesia Kaya.
Penampilan ini merupakan kolaborasi antar seniman tari dari sanggar Svadara Warna Indonesia dan teater SMK Bakti Karya Parigi. Keduanya menampilkan rangkaian puncak setelah melakukan penelitian warisan budaya lokal asal Pangandaran, Jawa Barat.
Penggagas pertunjukan yang juga pendiri Svadara Warna Indonesia, Farah Aini Astuti, S.Sn mengatakan ide ini bermula dari keinginan untuk kolaborasi dari kedua komunitas. Farah menghendaki ada sebuah pertunjukan budaya yang mengangkat warisan yang mengandung nilai lokal. Sehingga tercetuslah ide mengangkat seni Ronggeng Gunung.
“Kolaborasi ini menampilkan awal mula terbentuknya Ronggeng Gunung, sebuah kesenian yang menjadi kebanggaan warga Pangandaran dan Ciamis. Karena itu, kami riset langsung ke salah satu maestro Ronggeng Gunung yaitu Bi Raspi dan meminta beliau untuk hadir di Jakarta,” ungkap Farah.
Baginya, kehadiran Bi Raspi dari sanggar Panggugah Rasa ini sebagai bukti keseriusan untuk mengapresiasi pelaku seni. Pihaknya membuat rekontruksi tari terkait cerita perkembangan Ronggeng Gunung. Selain itu, upayanya menyebarkan pemahaman terutama kepada generasi muda dan mengajak mereka untuk menampilkan karya ini diakuinya sebagai bentuk pemajuan kebudayaan.
“Jadi bagaimana Ronggeng Gunung itu muncul hingga kemudian sempat diberhentikan karena masalah politik kemudian dia berkembang dan saat ini sering disebut Ronggeng Amen. Di akhir adegan kita menampilkan kreasi baru Ronggeng Gunung dengan berbekal imajinasi dari generasi muda. Semuanya kita maksudkan untuk mengenalkan kesenian ini kepada khalayak lebih luas terutama generasi muda,” tambahnya.
Farah juga menjelaskan, ronggeng ini tercipta karena tragedi yang menimpa seorang Dewi Samboja yang ditinggal oleh kekasinya Anggalarang akibat konflik dengan para bajau atau bajak laut yang tersihir karena kecantikannya. Untuk mengobati kesedihan dan membalas tindakan keji para bajak laut, Sang Dewi Samboja yang juga memiliki nama lain Nyi Rengganis ini menggalang kekuatan sambil menyamar sebagai penyanyi sekaligus penari ronggeng. Lingkungan masyarakat Pangandaran mengenalnya dengan Nini Bogem.
“Dari tragedi itu, terciptalah sebuah seni yang melegenda hingga saat ini. Bahkan Ronggeng Gunung berkembang menjadi Ronggeng Amen. Kekuatan terbesarnya ada pada lagu, musik Ketuk Tilu, gerak tari melingkar yang perpaduan semuanya syarat dengan kesedihan dan perjuangan,” imbuh Farah.
Pertunjukan ini dihadiri oleh jajaran Direktorat Kebudayaan Kemendikbud ristek, jajaran Dinas Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, tim Galeri Indonesia Kaya, berbagai komunitas dan penggemar kesenian Nusantara.